Bisnis.com, JAKARTA—Volatilitas di pasar saham diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun seiring dengan masih maraknya katalis negatif.
Pada akhir perdagangan Rabu (9/9/2020) IHSG kembali lunglai dan menjebol level support 5.200 dengan koreksi 1,81 persen ke level 5.149. Ini membuat koreksi IHSG secara year to date kembali melebar yakni 18,26 persen.
Kendati demikian, level IHSG saat ini masih jauh lebih baik dibanding beberapa bulan belakangan. IHSG sempat menyentuh level terendah 3.937 pada 24 Maret 2020 ketika kasus Covid-19 mulai merebak di Tanah Air.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan tren koreksi yang dialami oleh IHSG beberapa hari ini terkait dengan perkembangan baru kondisi pandemi di Indonesia.
“Sekarang risikonya dipandang naik, kita sudah tembus 200.000 kasus itu pasti jadi katalis negatif walaupun sebelumnya terjadi penguatan karena ada kabar soal vaksin,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (9/9/2020)
Di sisi lain, tambah Wawan, dia menilai koreksi yang terjadi sebenarnya masih dalam tahap wajar karena IHSG telah menguat lebih dari 20 persen dari posisi terendahnya tahun ini, sehingga menjadi momentum profit taking bagi para investor.
Baca Juga
“Investor juga sedang menunggu bagaimana kinerja keuangan para emiten di kuartal III, akhir September nanti,” imbuhnya.
Menurutnya, potensi koreksi lebih lanjut mungkin terjadi, begitu pula dengan kesematan IHSG untuk rebound. Meski volatilitas masih bakal berlanjut, Wawan optimistis mempertahankan target IHSG di level 5.500 hingga akhir tahun.
Dia percaya sejumlah katalis menjadi pendorongnya, antara lain potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dan pertumbuhan ekonomi kuartal III yang meski masih minus tetapi akan lebih baik dibandingkan kuartal II.
“Kalau pelaku pasar kan melihatnya ke depan, looking forward, jadi harusnya mereka bisa membaca tanda-tanda perbaikan ekonomi, untuk 2021 bahkan untuk 2022,” kata Wawan.
Dihubungi terpisah, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan volatilitas IHSG masih akan tinggi selama kondisi geopolitik masih belum stabil.
Selain itu, secara fundamental dia melihat pertumbuhan ekonomi juga masih sangat terbatas dengan adanya pandemi Covid-19 yang menghambat sisi permintaan konsumen. “Sehingga target kami hingga akhir tahun masih di level 5.200,” ujar Frederik.