Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kemungkinan akan mendapatkan dorongan tambahan karena ketidakpastian pemilu AS menghidupkan kembali permintaan logam sebagai aset aman, menurut Peter Grosskopf dari Sprott Inc., pengelola uang yang berfokus pada logam mulia.
Pada perdagangan Rabu (9/9/2020) pukul 07.07 WIB, harga emas spot koreksi 0,11 persen atau 2,14 poin menuju US$1.929,89 per troy ounce.
Dalam waktu yang sama, harga emas Comex kontrak Desember 2020 turun 0,34 persen atau 6,6 poin ke level US$1.936,6 per troy ounce.
Harga emas spot masih meningkat 27,22 persen sepanjang tahun berjalan. Harga sempat mencapai level tertingginya di posisi US$2.075,47 per troy ounce.
Peter Grosskopf dari Sprott Inc., pengelola investasi yang berfokus pada logam mulia, menyampaikan harga emas kemungkinan akan mendapatkan sentimen dorongan karena ketidakpastian Pemilu AS.
Harga emas, yang mencapai rekor tertinggi bulan lalu, telah tersandung dalam beberapa pekan terakhir, terhambat oleh tanda-tanda ekonomi yang stabil dan lonjakan ekuitas.
Baca Juga
Grosskopf menyampaikan Pemilu AS dapat memperbaharui fokus investor pada inflasi, hutang pemerintah, dan kebutuhan stimulus. Emas juga semakin mendapat dorongan tambahan dari kemenangan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden, yang tampaknya akan menaikkan pajak dan meningkatkan pengeluaran.
"Menjelang pemilihan akan mempercepat minat terhadap emas," kata Grosskopf, kepala eksekutif Sprott yang berbasis di Toronto, melalui telepon. “Dunia akan menjadi jauh lebih tidak pasti lagi dan orang-orang akan kembali menjadi cemas,” katanya.
Emas telah melonjak sekitar 28 persen pada tahun 2020, menjadikannya pemain terbaik dalam Indeks Komoditas Bloomberg, setelah pandemi virus corona memicu permintaan logam.
Stimulus ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pemerintah dan bank sentral juga telah meningkatkan momok inflasi, dan menambah daya tarik emas. Emas batangan menyentuh rekor US$2.075,47 per troy ounce pada 7 Agustus 2020.
Namun, reli harga emas telah menunjukkan tanda-tanda kehilangan momentum karena ekonomi dibuka kembali, dengan logam membukukan kerugian mingguan ketiga dalam empat pada pekan kemarin.
Kekhawatiran baru yang mungkin muncul dapat berpusat pada inflasi di masa depan, jumlah hutang yang telah dibuat oleh pemerintah di seluruh dunia dan kebutuhan akan lebih banyak dukungan pemerintah untuk menghidupkan kembali ekonomi global, kata Grosskopf.
Pergerakan modal yang berkelanjutan dari sektor-sektor termasuk uang tunai, mata uang, pasar kredit, dan obligasi akan membantu emas mencapai kisaran pertengahan US$2.000 selama 2021.
“Terutama jika Biden masuk, pandangan utamanya adalah dia akan menaikkan pajak dan meningkatkan pengeluaran,” katanya. “Ekuitas akan terlihat relatif kurang menarik dan defisit akan terus meningkat bahkan lebih tinggi. Emas melacaknya dengan baik sebagai lindung nilai. "