Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan mengakhiri pelemahan tiga hari berturut-turut setelah ditutup menguat pada perdagangan Selasa (8/9/2020).
Pada akhir perdagangan, indeks harga saham gabungan atau IHSG ditutup menguat 0,27 persen atau 13,88 poin ke level 5.244,07. Sepanjang hari, indeks bergerak di rentang 5.232,92 - 5.256,3.
Setelah dibuka di level 5.232,918, IHSG terus menguat hingga 0,33 persen ke level 5.247,252 pada pukul 09.09 WIB. Artinya, indeks mampu bertahan di zona hijau.
Dari keseluruhan anggota konstituen, sebanyak 176 saham berhasil menguat, 234 saham melemah, sedangkan 1292 saham lainnya tidak bergerak daripada posisi perdagangan sebelumnya.
Nilai transaksi hingga akhir perdagangan mencapai Rp6,21 triliun dengan volume sebanyak 14,54 miliar saham. Adapun, investor asing mencatat net sell sebesar Rp460 miliar.
Sebanyak 6 dari 10 indeks sektoral berhasil menguat, dipimpin oleh sektor properti yang naik 1,89 persen dan aneka industri yang menguat 1,38 persen.
Baca Juga
Di sisi lain, empat sektor mencatatkan pelemahan hari ini, didorong oleh sektor infrastruktur yang melemah 1,08 persen.
IHSG menguat sejalan dengan bursa saham lainnya di Asia. Indeks S&P/ASX 200 Australia memipin pergerakan ini dengan kenaikan 1,06 persen dan bertengger di level 6.007,80.
Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan menyusul di belakang Australia dengan kenaikan 0,74 persen di level 2.401,91 disusul oleh bursa Jepang yang menutup hari dengan penguatan indeks Topix sebesar 0,69 persen di kisaran 1.620,89.
Sementara itu, indeks Shanghai Composite juga terpantau naik ke level 3.311,97 atau menghijau 0,59 persen serta Hang Seng Hong Kong juga bergerak naik 0,18 persen dan parkir di level 24.634,55.
Investor akan kembali masuk ke pasar AS setelah libur pada Senin kemarin dan mempertimbangkan keadaan dimana reli positif menunjukkan perlambatan. Saham perusahaan teknologi AS yang selama ini menjadi motor pergerakan bursa mengalami pelemahan pada pekan lalu.
Analis senior untuk pasar Asia Pasifik Oanda Jeffrey Halley mengatakan meskipun tengah terkoreksi, faktor fundamental yang mendasari para pelaku pasar untuk melakukan banyak pembelian tetap terjaga.
