Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia kembali dibuka dengan hasil positif menyusul hasil di pasar Amerika Serikat yang kembali mencatatkan rekor kenaikan harian tertinggi yang kini menyebar ke saham perusahaan non teknologi.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (3/9/2020), indeks Kospi Korea Selatan memimpin pergerakan positif pasar Asia dengan penguatan 1 persen. Menyusul di belakangnya adalah indeks Topix Jepang yang naik 0,9 persen.
Tren positif juga berlanjut di Australia dengan indeks S&P/ASX 200 yang bergerak naik 0,4 persen. Adapun indeks berjangka S&P 500 turut menguat sebesar 0,1 persen hingga pukul 09.01 waktu Tokyo, Jepang.
Reli pasar global yang mendorong indeks-indeks acuan dunia mencatat rekor ditopang oleh optimisme pelaku pasar terhadap prospek saham. Mereka meyakini banjir likuiditas dari bank sentral juga akan masuk ke pasar modal.
Sementara itu, kenaikan indeks di AS yang ditopang oleh saham-saham non teknologi juga memberikan sinyal positif bahwa adanya pemulihan ekonomi yang lebih merata dari pandemi virus corona. Saham-saham perusahaan teknologi pada perdagangan hari ini, seperti Apple, Tesla, dan Zoom mengalami penurunan.
“Saat ini tengah terjadi sedikit aksi profit taking pada sektor teknologi seiring para investor tengah mengatur kembali portofolio investasinya. Mereka mulai kembali ke pola investasi sebelum pandemi seiring dengan tren kenaikan ini,” jelas Ann Berry, Partner di Cornell Capital LLC.
Baca Juga
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) telah mengumumkan kepada seluruh negara bagian di AS untuk bersiap menerima vaksin virus corona pada 1 November, beberapa hari sebelum pemilu presiden AS bergulir.
Meski demikian, pakar penyakit menular Anthony Fauci juga mengingatkan potensi lonjakan kasus positif virus corona yang akan datang dari hari libur panjang di Negeri Paman Sam.
“Pasar terus menunjukkan keyakinan yang tinggi terhadap kapasitas likuiditas bank sentral untuk merancang jalan yang mulus menuju pemulihan ekonomi dari pandemi virus corona,” ujar Stephen Miller, Investment Strategist GSFM.