Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHK Agustus Kembali Deflasi, Rupiah Berbalik Melemah

Kinerja rupiah hingga sesi pertama perdagangan hari ini, Selasa (1/9/2020) tercatat yang terlemah kedua di antara mata uang Asia lainnya, tepat di atas peso Filipina yang melemah 0,26 persen.
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berbalik  melemah setelah Indeks Harga Konsumen atau IHK Indonesia sepanjang Agustus 2020 kembali mengalami deflasi sebesar 0,05 persen.

Berdasarkan data Bloomberg, pada akhir perdagangan sesi I, Selasa (1/9/2020), rupiah berada di level Rp14.595 per dolar AS, terkoreksi 0,219 persen atau 33 poin. Kinerja itu menjadi yang terlemah kedua di antara mata uang Asia lainnya, tepat di atas peso Filipina yang melemah 0,26 persen.

Padahal, pada perdagangan sebelumnya rupiah berhasil parkir di zona hijau dan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di antara negara berkembang Asia lainnya.

Di sisi lain, indeks dolar  AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama juga masih berada di jalur pelemahan, terkoreksi 0,33 persen ke level 91,838. Level itu pun menjadi yang terendah sejak Mei 2018.

Untuk diketahui, Badan Pusat  Statistik melaporkan IHK Indonesia kembali mengalami deflasi pada Agustus sebesar 0,05 persen.

Deflasi pada Agustus ini membuat  laju IHK sepanjang tahun kalender mengalami inflasi sebesar 0,93 persen (year to date/ytd). Sementara itu, laju IHK tahunannya tercatat berada di posisi inflasi sebesar 1,32 persen (year-on-year/yoy).

Rilis IHK BPS ini sejalan  dengan survei pemantauan harga Bank Indonesia (BI) yang mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) minggu keempat Agustus mengalami deflasi sebesar 0,04 persen.

Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa fokus utama pasar pada perdagangan September akan tertuju pada perkembangan perundingan dagang antara AS dan China serta vaksin Covid-19.

Pasalnya, data-data ekonomi  dalam negeri diprediksi masih akan mendukung rupiah untuk bergerak menguat. Neraca dagang diprediksi masih akan surplus, sedangkan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia juga diyakini masih di tingkat rendah sehingga menjadi katalis positif bagi nilai tukar.

“Sepanjang September rupiah  diprediksi masih bergerak di kisaran tipis antara Rp14.500 per dolar AS hingga Rp14.700. Sentimen negatif dan positif masih akan tarik-menarik dengan dua fokus utama pasar perkembangan Covid-19 di dalam negeri dan perundingan dagang,” ujar Josua saat dihubungi Bisnis, Senin (31/8/2020).

Dia menjelaskan pasar berharap dengan banyaknya stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia serta harapan stimulus PEN dapat memiliki progres lebih cepat bisa menjadi sinyal positif untuk membatasi pelemahan rupiah tidak menembus ke atas Rp14.700 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper