Bisnis.com, JAKARTA - Laju saham emiten perunggasan tersungkur ke zona merah pada sesi pertama perdagangan Selasa (1/9/2020).Penurunan harga saham emiten unggas bersamaan dengan rilis data inflasi yang menunjukkan tren daya beli melemah.
Berdasarkan data Bloomberg, empat saham emiten perunggasan turun berkisar 1,63 persen hingga 6,87 persen. Penurunan tersebut lebih dalam dari tren indeks harga saham gabungan (IHSG) yang turun 0,02 persen.
Saham PT Sierad Produce Tbk. turun paling dalam sebesar 6,87 persen ke posisi 1.085. Kemudian disusul saham PT Japfa Tbk dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. masing-masing 2,87 persen dan 2,78 persen. Adapun saham PT Malindo Feedmill Tbk. juga turun 1,63 persen.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tren penurunan inflasi inti kembali berlanjut di bulan Agustus sehingga memperkuat pelemahan daya beli yang terjadi akibat pandemi Covid-19.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan inflasi inti pada bulan Agustus mencapai 0,29 persen dengan andil 0,19 persen. Adapun, inflasi tahun kalendernya sebesar 1,32 persen.
"Ini menunjukkan daya beli masyarakat belum pulih karena pandemi Covid-19," ujar Kecuk, Selasa (1/9/2020).
Selama Agustus 2020, tercatat Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,05 persen. Kelompok bahan makanan dan minuman mengalami deflasi sebsar 0,86 persen dengan andil kepada deflasi keseluruhan sebesar 0,22 persen.
Penurunan terbesar disumbang oleh daging ayam ras sebesar 0,09 persen, disusul oleh harga bawang merah sebesar 0,07 persen. Untuk diketahui, harga ayam potong memiliki sentimen terhadap emiten perunggasan.
Saat harga ayam potong naik pada awal Juli 2020 lalu, saham-saham emiten perunggasan juga ikut naik. Sebaliknya, saat harga ayam turun seperti tertuang dalam laporan BPS, saham emiten unggas tertekan.