Bisnis.com, JAKARTA – Rencana akuisisi oleh sejumlah emiten berkapitalisasi jumbo yang terus berjalan selama masa pandemi dianggap memberikan banyak keuntungan.
Salah satu aksi akuisisi yang cukup menyita perhatian adalah pengambilalihan saham Pinehill Company Limited (PCL) oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP). Rencana yang mencuat ke publik sejak Februari 2020 akhirnya rampung pada akhir Agustus 2020 lalu.
Sekadar mengingatkan, saat rencana akuisisi diumumkan, saham ICBP dan induknya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. amblas, masing-masing 3,81 persen dan 9,46 persen pada 12 Februari 2020. Begitu juga saat perjanjian jual beli bersyarat ditekan pada 26 Mei 2020, pelaku pasar bereaksi negatif.
Nilai akuisisi PCL memang segede gaban, US$2,99 miliar. Bila dikonversi ke rupiah, nilai transaksi mencapai lebih dari Rp40 triliun. ICBP tidak sepenuhnya merogoh kocek sendiri untuk memuluskan transaksi.
Pada Jumat (21/8/2020), perseroan menyatakan memperoleh pinjaman sindikasi sebesar US$2.050 juta dari beberapa pihak seperti Bank of China (Hong Kong) Ltd, BNP Paribas, Mizuho Bank Ltd cabang Singapura, Natixis cabang Hong Kong, OCBC Ltd, dan Sumitomo Mitsui Banking Corp. cabang Singapura.
“Tidak ada rilis (lanjutan). Boleh cek di web IDX dan ICBP sudah ada infonya disana,” ungkap External Communication Manager Indofood Sukses Makmur Lucy Nurtriani kepada Bisnis, Senin (31/8/2020).
Baca Juga
PCL merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan mie instan di Arab Saudi, Nigeria, Turki, Mesir, Kenya, Maroko dan Serbia, dengan menggunakan merek 'Indomie' berdasarkan perjanjian lisensi dengan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), induk perusahaan ICBP.
Melalui transaksi ini, perseroan mengestimasikan kenaikan laba bersih hingga 20 persen setelah rencana akuisisi terealisasi. Selain itu, jangkauan pasar ICBP menjadi amat lebar.
Grup Pinehill memiliki 12 fasilitas pabrik dengan total jumlah kapasitas produksi sekitar 10 miliar bungkus yang tersebar di beberapa negara mulai dari Afrika, Asia, hingga Eropa. Pinehill juga memiliki jaringan distribusi di 33 negara dengan total populasi 885 juta.
Setelah proses akuisis, rampung, laju saham ICBP boleh dibilang sudah kembali pulih. Sempat jatuh di bawah level 10.000, saham ICBP bertengger di posisi 10,225 pada penutupan perdagangan Senin (31/8/2020). Memang, dalam periode tahun berjalan, saham ICBP masih mencetak imbal hasil negatiff 5,32 persen.
Selain ICBP, baru-baru ini, emiten unggas PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) juga mengumumkan rencana akuisisi 100 persen saham PT So Good Food senilai Rp1,2 triliun.
Dalam keterangan resmi, Jumat (28/7/2020), Japfa dan anak usaha PT Ciomas Adisatwa akan mengambil alih saham So Good Food dari Jupiter Pte Ltd dan Annona Pte Ltd. Pembayaran dilakukan dalam dua bentuk, tunai dan penerbitan promissory notes.
Menurut manajemen Japfa, akuisisi So Good Food adalah langkah strategis dalam memperluas bisnis hilir, yaitu dengan memperbesar kapasitas fasilitas produksi daging olahan. Selain itu, akuisisi juga dimaksudkan untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan langsung produk olahan kepada konsumen.
Tidak terpaut jauh setelah pengumuman akuisisi, saham JPFA melesat. Kemarin, saham JPFA naik 8,44 persen ke posisi 1.220 dan menjadi salah satu top gainers.
Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan dalam masa pandemi memang banyak usaha yang mengalami kesulitan cash flow yang diakibatkan penurunan penjualan dan usaha melunasi utang jatuh tempo.
“Kalau memang berutang lagi tidak dimungkinkan, bisa jadi usahanya harus dijual sehingga harganya bisa jadi lebih murah dibanding kalau harga normal. Tujuan dari beberapa perusahaan saat ini pasti bertahan,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (31/8/2020).
Hal ini kemudian dianggapnya menguntungkan beberapa emiten yang menyasar bisnis tertentu ditambah dengan kemampuan modal yang mencukupi untuk melakukan akuisisi.
Terkait akuisisi ICBP, Wawan memperkirakan transaksi tersebut tidak serta merta didasari oleh kondisi pandemi karena manajemen sudah mengeluarkan pernyataan jauh sebelum pandemi mulai merebak di Indonesia.
“Ekspansi ke luar negeri ini bisa menguntungkan tetapi mungkin agak panjang dalam kurun waktu 3 sampai 5 tahun ke depan. ICBP sendiri secara penjualan sangat solid di Indonesia tapi memang yang jadi problem untuk mengakuisisi perseroan harus berutang,” sambungnya.
Selanjutnya, Wawan melihat akuisisi So Good oleh JPFA merupakan sentimen positif mengingat tren konsumsi ayam terus bertumbuh di Indonesia karena menurutnya sepanjang GDP nasional terus bertumbuh konsumsi ayam akan terus meningkat.
Di sisi lain, Wawan menyebut rencana PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) untuk melancarkan aksi penawaran saham perdana anak usahanya PT Sanghiang Perkasa atau Kalbe Nutritionals bisa jadi menguntungkan perseroan karena pertumbuhan penjualan produk makanan dan minuman yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu.
Untuk diketahui, Kalbe Nutritionals adalah perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman kesehatan dengan produk andalan seperti Diabetasol, Fitbar, Milna dan lain sebagainya.
“Kalbe kemungkinan berani IPO di masa pandemi seperti ini mengingat umumnya lini bisnis food and beverage itu cash flow nya bagus dan valuasinya premium. Berbeda dengan usaha lain, bisnis makanan dan minuman dianggap perputaran duitnya cepat jadi dianggap secara risiko lebih rendah,” tutupnya.