Bisnis.com, JAKARTA – Emiten ritel PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET) memutuskan untuk tidak membagikan dividen atas kinerja tahun buku 2019 sebagai upaya untuk memperkuat struktur keuangan.
Indoritel merupakan salah satu pemegang saham pengendali tiga perusahaan ritel di bawah naungan Grup Salim, yaitu PT Indomarco Prismatama (Indomaret), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI), PT Fastfood Indonesia Tbk. (FAST). Emiten bersandi saham DNET itu memiliki 40 persen saham Indomarco Prastama, 25,77 persen saham ROTI, dan 35,84 persen saham FAST.
Direktur Utama Indoritel Makmur Internasional Haliman Kustedjo menegaskan pada tahun ini perusahaan absen membagikan dividen sebagai upaya memperkuat struktur keuangan.
“Perusahaan tidak akan membagikan dividen dengan alasan memperkuat struktur keuangan perusahaan dalam artian kita akan menggunakannya untuk melakukan ekspansi,” ungkap Haliman dalam paparan publik perseroan yang berlangsung di Jakarta, Senin (31/8/2020).
Sebagai gambaran, ini adalah kali keempatnya perseroan tidak membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Terakhir kali, emiten berkode saham DNET tersebut membagikan dividen sebesar Rp28,36 miliar atau Rp2 per saham pada tahun 2016 untuk laba tahun buku 2015.
Adapun, perseroan mencatatkan pertumbuhan laba bersih 80,73 persen secara tahunan menjadi Rp523,05 miliar pada tahun 2019 lalu. Pendapatan perseroan pun melonjak menjadi Rp257,78 miliar. Realisasi tersebut naik 98,63 persen dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp129,79 miliar.
Baca Juga
Lebih lanjut, manajemen menyatakan dampak pandemi terhadap perusahaan induk tidak terlalu signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan. Haliman menyatakan entitas anak perseroan yakni FiberStar merasakan dampak berupa kenaikan penjualan ditandai dengan pertumbuhan penjualan serat optik pada semester pertama tahun ini.
“Indomaret bergerak di bidang penjualan produk kebutuhan sehari-hari, rasanya, bagaimanapun, orang-orang masih membutuhkan makanan, minuman dan sebagainya,” sebut Haliman.
Ia tidak menampik pengaruh pembatasan sosial berskala besar atau PSBB terhadap Indomaret berlangsung pada kuartal kedua tahun ini yakni sekitar 200 lebih toko Indomaret mengalami penghentian kegiatan operasional gerai yang berada di stasiun, bandara dan tempat wisata.
Di sisi lain, manajemen pun mengakui pada masa awal PSBB ada sekitar 9.000 lebih toko Indomaret yang mengalami pembatasan jam operasional.
“Tapi di kuartal ketiga ini sudah mulai membaik, demikian pula dengan Sari Roti dan KFC. Sari Roti masih menunjukkan perbaikan sementara KFC hanya berdampak pada penutupan mall dan sebagainya,” sambungnya.
Dengan demikian, perseroan menargetkan pendapatan untuk kinerja keseluruhan tahun 2020 mencapai Rp400 miliar, berkaca pada torehan penghasilan pada semester pertama tahun 2020 sebesar Rp203,23 miliar.
Sebagai tambahan, manajemen sendiri belum bisa berkomentar mengenai target capaian laba untuk kinerja tahun 2020.
.