Bisnis.com, JAKARTA — PT Adaro Energy Tbk. memangkas target produksi dan rencana belanja modal untuk periode tahun 2020.
Sekertaris Perusahaan Adaro Energy Mahardika Putranto mengatakan perseroan merevisi panduan produksi batu bara menjadi 52 juta ton—54 juta ton pada 2020. Target itu 10 persen lebih rendah dari yang disampaikan oleh perseroan sebelumnya.
“Langkah ini kami lakukan karena prioritas kami menjaga margin yang sehat dan tidak hanya mengejar pertumbuhan volume produksi,” ujarnya dalam paparan publik daring, Jumat (28/8/2020).
Sebagai catatan, Adaro Energy melaporkan produksi batu bara 27,29 juta ton pada semester I/2020. Jumlah itu turun 4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Tekanan harga batu bara membuat emiten berkode saham ADRO itu jugar merevisi target EBITDA operasional menjadi US$600 juta—US$800 juta pada 2020. Perseroan menyatakan akan terus melakukan disiplin dan efisiensi terhadap biaya.
Chief Financial Officer Adaro Energy Lie Luckman mengungkapkan perseroan juga merevisi target belanja modal atau capital expenditure (capex) periode 2020. ADRO menurunkan rencana dari US$350 juta—US$400 juta menjadi US$200 juta—US$250 juta.
Baca Juga
“Revisi ini kami lakukan dengan sangat hati-hati,” jelasnya.
Luckman menegaskan revisi capex tidak mengorbankan produktivitas alat-alat. Perseroan mencoba mengurangi pengeluaran alat-alat yang memang masih dibutuhkan dalam jangka waktu panjang.
“Maintenance yang terkait dengan produksi dan capex untuk jangka panjang yang esensial tetap masih kami lakukan,” imbuhnya.
ADRO melaporkan realisasi capex U$115 juta pada semester I/2020. Realisasi itu turun 53 persen dibandingkan dengan US$245 juta periode yang sama tahun lalu.
Belanja modal sepanjang paruh pertama tahun ini ditujukan terutama untuk pembelian dan penggantian alat berat serta pengembangan Adaro MetCoal Companies (AMC). ADRO tercatat menghasilkan arus kas bebas senilai U$312 juta pada semester I/2020.