Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pelat merah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menargetkan upaya divestasi anak usaha dapat tercapai pada akhir tahun 2020
Direktur Keuangan Wijaya Karya Ade Wahyu mengatakan upaya divestasi masih terus berjalan hingga saat ini. Namun, proses ini cukup terhambat akibat pandemi virus corona.
"Ada dua unit usaha tetapi memang mengalami perlambatan karena intensitas pertemuan dengan pihak pembeli yang kurang. Tetapi, proses tetap berlanjut dan kami menargetkan minimal satu dari rencana bisa terjadi di akhir tahun ini," jelasnya dalam paparan publik perusahaan pada Selasa (25/8/2020).
Menurut catatan Bisnis, emiten berkode saham WIKA ini memiliki saham di beberapa perusahaan patungan, terutama badan usaha jalan tol yang sudah mengantongi konsesi dari pemerintah.
WIKA tercatat memiliki 15 persen saham di PT Jasamarga Balikpapan Samarinda, pemegang konsesi jalan tol Balikpapan-Samarinda. WIKA juga memiliki 25 persen saham PT Citra Marga Lintas Jabar, pengelola jalan tol Soreang-Pasir Koja.
Investasi WIKA di perusahaan tol juga mencakup 20 persen saham di PT Jasamarga Manado Bitung, dan 25 persen saham di PT PP Semarang Demak. Kedua badan usaha itu memiliki konsesi jalan tol di Sulawesi Utara dan Jawa Tengah.
Baca Juga
Tahun lalu, WIKA juga melepas seluruh kepemilikan sahamnya sebesar 23 persen di PT Jasamarga Surabaya Mojokerto ke Astra Infra, anak usaha PT Astra International Tbk. (ASII).
Di sisi lain, WIKA juga harus menunda rencana menjadikan Wika Realty perusahaan terbuka pada tahun ini. Ade mengatakan, perseroan telah membahas rencana ini dan memutuskan initial public offering (IPO) anak usahanya tersebut baru akan dilaksanakan pada tahun 2021 atau 2023.
Penundaan pelaksanaan IPO ini karena perseroan masih menunggu kelanjutan kebijakan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berencana membentuk subholding BUMN Perhotelan.
Wika Realty akan ditunjuk menjadi induk subholding perhotelan oleh Kementerian BUMN, sehingga perusahaan harus menunggu hingga semua proses rampung.
“Proses ini paling cepat selesai tahun depan atau 2023. Setelah itu baru bisa IPO,” ujarnya.