Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar emiten sektor barang konsumsi berhasil mempertahankan pertumbuhan kinerjanya di tengah tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19. Emiten sektor itu pun diyakini akan makin moncer pada paruh kedua tahun ini.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, dari sejumlah emiten yang telah merilis laporan keuangan semester I/2020, emiten-emiten sektor barang konsumsi menjadi sektor yang paling unggul dibandingkan dengan sektor lainnya.
Bahkan, beberapa di antaranya berhasil mendulang kenaikan laba bersih hingga dua digit secara tahunan. Emiten farmasi, contohnya, dari tujuh emiten yang telah merilis laporan keuangan, semua kompak mencatatkan pertumbuhan laba yang cukup agresif.
Kinerja itu pun kontras dengan emiten sektor pariwisata, hotel, dan restoran. Dari belasan emiten yang telah melaporkan kinerja keuangan semester I/2020 di sektor itu, tidak ada yang mampu mencetak pertumbuhan laba bersih.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa daya konsumsi dalam negeri diprediksi meningkat pada paruh kedua tahun ini seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan penerapan aktivitas normal yang baru.
“Dengan demikian, emiten yang memiliki eksposur besar terhadap daya konsumsi dan pembukaan PSBB, seperti sektor barang konsumsi dan telekomunikasi, akan pulih cepat atau tumbuh semakin baik. Farmasi sudah tumbuh baik, tetapi semester II/2020 bisa semakin moncer,” ujar Alfred saat dihubungi Bisnis, Minggu (2/8/2020).
Baca Juga
Di sisi lain, dia menjelaskan bahwa emiten sektor konstruksi, yang mayoritasnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN), juga memiliki potensi untuk pulih lebih cepat di antara sektor lainnya.
Hal itu akan didukung oleh pelonggaran PSBB yang membuat aktivitas proyek akan berjalan normal, dan pemerintah kembali menjalankan proyek prioritasnya di infrastruktur.
Kendati demikian, untuk sektor yang terpukul cukup dalam pada semester I/2020, seperti sektor hotel, pariwisata, dan restoran, transportasi, dan manufaktur, diyakini akan sulit untuk bangkit kembali ke posisi kinerja sebelum terpapar Covid-19.
Pasalnya, PSBB telah memberhentikan aktivitas bisnisnya sehingga tercermin ke kinerja pendapatan dan laba yang tidak membahagiakan sepanjang paruh pertama tahun ini.
Alfred menjelaskan, saat ini fokus utama pada sektor-sektor itu sudah beralih ke kekuatan likuiditas masing-masing perusahaan. Hal itu mengingat kinerja top line dan bottom line dari sektor masih belum menjanjikan.
“Harus lihat kondisi arus kas mereka seberapa kuat, itu penting karena emiten masih punya beberapa kewajiban meskipun pendapatan tidak ada, seperti operasional pegawai dan cicilan biaya jika memiliki pinjaman. Kalau kuartal III/2020 ternyata tidak jauh beda dengan sebelumnya, ini akan menjadi sinyal,” papar Alfred.