Bisnis.com, JAKARTA — PT MNC Vision Networks Tbk. melakukan dua strategi untuk mengatasi maraknya pembajakan konten melalui jaringan internet protocol television (IPTV).
Group Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan di daerah-daerah non kota besar marak ditemukan pembajakan konten melalui jaringan televisi kabel yang dioperasikan oleh operator kabel lokal (local cable operator/LCO).
“Jadi mereka ambil kontennya pihak lain, termasuk MVN Grup, kemudian mereka jual lagi melalui jaringan yang mereka buat,” jelasnya dalam public expose MNC Vision Networks, Selasa (28/7/2020)
Menurutnya, praktik pembajakan ini membuat ekspansi perseroan sulit bertumbuh di daerah. Bahkan dia memperkirakan jumlah pelanggan yang berhasil dihimpun oleh para LCO illegal tersebut mencapai sekitar 8 juta pelanggan.
Mengatasi hal tersebut, perseroan melakukan dua strategi kemitraan. Pertama, dengan melegalisasi konten yang didistribusikan oleh para LCO, sedangkan strategi kedua adalah dengan mengakuisisi LCO yang ada di daerah-daerah.
Hary menuturkan, sejak tahun ini mereka secara agresif memburu para LCO tersebut untuk kemudian melakukan jual-beli lisensi konten secara legal. Dia menilai skema ini akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Baca Juga
“Mereka sebagai usaha menengah bisa survive dan bisa tetap tumbuh dan kami akhirnya mendapat pendapatan dari konten yang tadinya dicuri,” imbuh dia.
Tak hanya itu, skema ini juga membuat perseroan lebih mudah mengakuisisi pelanggan. Dia mengilustrasikan, sekitar 30—50 persen dari perkiraan 8 juta pelanggan yang dilayani oleh para LCO dapat diraih dari legalisasi lisensi.
Kemudian untuk skema selanjutnya adalah mengakuisisi aau membeli LCO–LCO di daerah. Praktik ini telah dilakukan pada Mei 2020 yang mana perseroan mengakuisisi LCO pertamanya yang berlokasi di Batam, Kepulauan Riau.
“Kami terinspirasi Comcast, penyedia broadband IPTV terbesar di dunia yang juga melakukan ini. Jadi kami ambil alih LCO-LCO yang potensial kemudain suatu saat dimerger. Tentu ini akan jadi potensi bisnis yang besar,” tutur Hary.
Meskipun demikian, dia mengaku belum dapat memperkirakan berapa potensi dan target pendapatan dari skema ini karena saat ini proses pelaksaan keduanya terhambat oleh pandemi yang tengah terjadi.
“Yang jelas kita akan berlari secepat-cepatnya untuk dua-duanya ini, tapi ada hambatan tentunya. Akuisisi itu harus due diligent, ini lagi Covid mau pergi kemana aja kan tidak gampang. Melakukan legalisasi juga tidak gampang kan kita harus ketemu dulu. Jadi memang pandemi ini memang banyak mengmabat kecepatan dalam bekerja,” tutupnya.