Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan batu bara, PT United Tractors Tbk., berhasil membukukan penjualan batu bara sebanyak 5,62 juta ton sepanjang paruh pertama 2020.
Berdasarkan laporan bulanan perseroan, realisasi penjualan batu bara melalui anak usahanya PT Tuah Turangga Agung itu lebih tinggi 14 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,92 juta ton.
Adapun, emiten berkode saham UNTR itu juga berhasil membukukan kenaikan penjualan untuk batu bara berkalori tinggi sebesar 869 ribu ton pada semester I/2020 dibandingkan dengan penjualan batu bara kalori tinggi semester I/2019 hanya sebesar 674 ribu ton.
Kendati demikian, perseroan mencatatkan penurunan kinerja produksi menjadi hanya sebesar 55,9 juta ton dibandingkan dengan enam bulan pertama tahun 2019 sebesar 60,8 juta ton. Overburden removel pun turun dari 469,2 juta bcm pada semester I/2019 menjadi sebesar 420,3 juta ton pada semester I/2020.
Selain itu, kinerja penjualan emas dan alat berat pun tidak secemerlang penjualan batu bara.
Melalui entitas anak usahanya, PT Agincourt Resources, penjualan emas pada enam bulan pertama tahun ini hanya sebesar 185.600 gold equivalent ounces (GEOs), turun tipis 4,57 persen daripada capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 194.500 GEOs.
Sementara itu, penjualan alat berat Komatsu turun 55,5 persen menjadi sebesar 853 unit dibandingkan dengan realisasi semester I/2019 sebesar 1.917 unit.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan bahwa memprediksi penurunan kinerja UNTR akan berlanjut pada semester II/2020 seiring dengan pandemi Covid-19 yang diproyeksikan berlangsung hingga kuartal I/2021.
“Kami mengekspektasikan aktivitas penambangan yang lebih rendah akibat protokol COVID-19 dapat bertahan hingga akhir 2020, yang berarti bahwa kinerja operasional bulanan United Tractors yang lemah saat ini dapat berlanjut hingga akhir 2020,” ujar Hariyanto dikutip dari publikasi risetnya, Senin (27/7/2020).
Dia juga memperkirakan pendapatan konsolidasi UNTR akan turun 27,2 persen secara year on year (yoy) atau 17,8 persen secara quarter on quarter (qoq) menjadi sebesar Rp14,2 triliun pada kuartal II/2020 akibat lemahnya kinerja operasional perseroan,
Kemudian, laba perseroan juga akan turun 52,9 persen yoy dan 34,9 persen qoq menjadi hanya sebesar Rp1,2 triliun pada kuartal II/2020.
Oleh karena itu, Hariyanto merekomendasikan hold untuk saham UNTR dari sebelumnya Buy dengan target price yang tidak berubah dari Rp19.000 per saham.
Adapun, pada penutupan perdagangan Senin (27/7/2020) saham UNTR parkir di level Rp21.000 per saham, naik 7,97 persen. Artinya, saham saat ini telah melewati target price proyeksi Hariyanto.
“Kami pikir kinerja keuangan kuartal II/2020 yang berpotensi lebih lemah dapat memicu tekanan jual pada saham,” papar Hariyanto.