Bisnis.com, JAKARTA – PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. melunasi U$125 juta pinjaman berjangka yang dijamin untuk mengurangi tingkat utang.
Direktur Keuangan Chandra Asri Petrochemical Andre Khor mengatakan bahwa perseroan telah melakukan pembayaran lebih awal pinjaman berjangka yang dijamin senilai US$125 juta dengan menggunakan kas internal.
Dia menjelaskan, hal itu dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas perseroan dalam mencari pendanaan, mengurangi beban biaya keuangan, dan memperbaiki neraca keuangan secara keseluruhan.
Apalagi, di tengah kondisi ketidakpastian pasar akibat sentimen pandemi Covid-19 yang memaksa perseroan untuk memiliki likuiditas cukup kuat.
“Adapun, kami berupaya untuk mempertahankan capital employ sekitar 30 persen dan yang paling penting kami memiliki likuiditas kuat,” ujar Andre saat paparan kinerja kuartal II/2020 pada Senin (27/7/2020).
Untuk diketahui, emiten berkode TPIA itu memiliki total likuditas sebesar US$931 juta yang terdiri atas US$649 juta dalam bentuk kas dan setara kas, US$250 juta dari Revolving Credit Facility, dan US$32 juta dalam bentuk surat berharga.
Baca Juga
Sementara itu, jumlah liabilitas perseroan berkurang menjadi US$1,6 miliar dari sebelumnya sebesar US$1,69 miliar pada 31 Desember 2019.
Penurunan itu didukung oleh utang usaha yang lebih rendah sebesar US$462 juta ditambah dengan liabilitas pajak tangguhan yang lebih rendah sebesar US$95,1 juta dengan perubahan tarif pajak penghasilan badan Indonesia, diimbangi dengan utang berbunga lebih tinggi di US$950,4 juta termasuk fasilitas kredit modal kerja US$70 juta.
Adapun, per 30 Juni 2020, perseroan memiliki posisi utang total US$950,4 juta terhadap saldo kas dan setara kas, sehingga posisi utang bersih keseluruhan US$301,4 juta. Utang Bersih terhadap EBITDA mencapai 4,9 kali.
Di sisi lain, emiten entitas konglomerasi Grup Prajogo Pangestu itu tampak aktif mencari pendaan dalam beberapa hari terkahir.
Belum lama ini, TPIA mendapatkan fasilitas pinjaman dari Bank DBS sebesar US$195 juta atau setara dengan Rp2,9 triliun dalam bentuk Trade Financing dan Revolving Credit Facility atau RCF.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan bahwa pinjaman itu dilakukan untuk kebutuhan modal kerja saat ini seiring dengan fokus perseroan untuk mendukung pertumbuhan industri hilir dalam negeri yang berbasis bahan baku petrokimia.
Dia mengaku, kebutuhan domestik terhadap bahan baku petrokimia tengah meningkat, salah satunya sebagai bahan baku masker medis dan alat pelindung diri (APD).
“Kami gembria menyambut baik kepercayaan perbankan yang melihat produksi kami tetap berjalan untuk memenuhi permintaan pasar meskipun di tengah kondisi saat ini [Covid-19],” ujar Suryandi saat paparan kinerja kuartal II/2020 pada Senin (27/7/2020).
Selain itu, TPIA juga telah mengumumkan untuk mengemisi obligasi senilai Rp1 triliun yang akan digunakan mendanai rencana ekspansi perseroan. Suryandi menjelaskan bahwa perseroan telah merencanakan penerbitan obligasi ini sejak setahun lalu.
Obligasi itu merupakan bagian dari Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan III Chandra Asri Petrochemical dengan target dana yang dihimpun sebesar Rp5 triliun.
Obligasi berkelanjutan III Chandra Asri Petrochemical Tahap I Tahun 2020 itu akan diterbitkan dalam tiga seri, yaitu seri A dengan tenor 3 tahun hingga 26 Agustus 2023, seri B dengan tenor 5 tahun yang akan dibayarkan 26 Agustus 2025, dan seri C bertenor 7 tahun hingga 26 Agustus 2027.