Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia dan energi, PT Barito Pacific Tbk., memberikan pinjaman kepada anak usahanya, PT Indo Raya Tenaga, senilai US$252,75 juta atau Rp3,77 triliun (Kurs Rp14.687). Pinjaman dikucurkan untuk membiayai proyek pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU.
Dalam keterbukaan informasi perseroan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten berkode saham BRPT itu menandatangani shareholder loan agreement pada 15 Juli 2020 dengan PT Indo Raya Tenaga (PT IRT), anak usaha dengan total kepemilikan 49 persen.
BRPT memberikan fasilitas pinjaman sebesar US$252,75 juta dengan tenor 60 bulan. Pinjaman dikenakan tingkat bunga 6,1822 persen per tahun yang akan dibayarkan PT IRT pada 30 Juni dan 31 Desember setiap tahunnya.
Adapun, pinjaman itu akan digunakan PT IRT untuk membangun salah satu proyek PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), yaitu PLTU Jawa 9 dan 10. Pembangkit ini menggunakan teknologi ultra supercritical (USC) dengan kapasitas 2 x 1.000 megawatt (MW) di Suralaya, Banten.
Investor Relation Barito Pacific Gaurav Yadav mengatakan bahwa perseroan berkomitmen untuk turut berperan dalam membantu PLN memodernisasi basis pembangkit listrik tenaga batu bara Indonesia yang terpasang sehingga dapat mengurangi emisi rumah kaca.
Pasalnya, dengan teknologi USC batu bara yang dikonsumsi lebih sedikit dibandingkan dengan unit sub-critical yang telah ada. Oleh karena itu, pembangkit listrik Jawa 9 dan 10 akan mengeluarkan emisi yang lebih rendah dan menyediakan listrik yang lebih murah.
Baca Juga
“Total investasi proyek itu mencapai US$3,2 miliar yang termasuk hutang dan ekuitas. Setelah pembiayaan diselesaikan, kita akan tahu pemisahan antara utang dan ekuitas seberapa besar,”ujar Gaurav kepada Bisnis, Jumat (17/7/2020).
Di sisi lain, untuk membiayai pendanaan bagi PT IRT tersebut, BRPT berencana memperoleh fasilitas pinjaman dari Bangkok Bank Public Company Limited sebesar US$252,7 juta dengan tingkat suku bunga sebesar LIBOR+ marjin.
Fasilitas pinjaman tersebut akan dilakukan dalam dua tahap, dengan rincian tahap pertama sebesar US$183,9 juta dan tahap kedua sebesar US$68,85 juta.
Nantinya, setelah PLTU mulai beroperasi secara komersial, perseroan mengharapkan IRT dapat memiliki pendapatan yang berulang (recurring income) yang diharapkan dapat mendukung peningkatan kinerja keuangan konsolidasian perseroan.
Untuk diketahui, perseroan telah memiliki Star Energy yang merupakan produsen tenaga panas bumi terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga di dunia dengan kapasitas terpasang sebesar 875MW.
“Selain rencana ekspansi saat ini, kami juga tetap berkomitmen untuk terus memperluas proyek-proyek berbasis energi terbarukan di tahun-tahun mendatang,” papar Gaurav.