Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk., menilai prospek harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) pada paruh kedua akan semakin baik.
Wakil Direktur Utama Sinar Mas Agro Resources and Technology Jimmy Pramono mengatakan bahwa harga CPO saat ini didukung oleh terbatasnya produksi tahun ini akibat kekeringan pada tahun lalu. Untuk diketahui, harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) berjangka semakin menguat dalam beberapa perdagangan terakhir.
Berdasarkan data Bursa Malaysia, harga CPO berjangka untuk kontrak teraktif, Oktober 2020, pada penutupan perdagangan Rabu (15/7/2020), berhasil naik 55 poin ke level 2.532 ringgit per ton. Sementara itu, untuk kontrak September 2020 harga CPO berhasil menguat hingga 62 poin hingga menyentuh level 2.567 ringgit per ton.
Harga CPO telah menguat hingga 21,84 persen sejak menyentuh level terendahnya pada awal Mei 2020. Dalam perdagangan satu bulan terakhir, harga telah menguat 2,06 persen.
“Kami berpendapat harga CPO akan tetap kuat terutama di saat pandemi berakhir nanti. Fundamental minyak sawit dalam jangka panjang tetap baik sebagai minyak sayur yang paling banyak dikonsumsi didukung kegunaannya yang beragam dan biaya produksi yang rendah,” ujar Jimmy seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (15/7/2020).
Jimmy menjelaskan harga pasar CPO akan terlindungi dari penurunan harga minyak mentah didukung oleh kegunaannya sebagai bahan pangan pokok. Kendati demikian, fluktuasi harga akan tetap terjadi, terutama di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga
Adapun, penguatan harga CPO telah membantu mengerek harga saham emiten bersandi SMAR pada perdagangan Rabu (15/7/2020). SMAR parkir di level Rp3.350 per saham, menguat 1,52 persen atau 50 poin.
Di sisi lain, SMAR berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 2 persen pada kuartal I/2020 menjadi Rp9,62 triliun. Hal itu didukung kenaikan harga jual rata-rata selama periode berjalan, yang sebagian diimbangi oleh penurunan kuantitas penjualan.
Kendati demikian, SMAR mencatat rugi bersih sebesar Rp1,41 triliun yang disebabkan oleh rugi selisih kurs sebesar Rp1,96 triliun dibandingkan dengan laba selisih kurs sebesar Rp195 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Per 31 Maret 2020 luas area tertanam SMAR mencapai 137.300 hektare, yang terdiri atas 106.000 hektare area inti dan 31.300 hektare area plasma.Dari total area tertanam tersebut, sebanyak 132.000 hektare merupakan area menghasilkan dan 5.300 hektare merupakan area belum menghasilkan.
Selama kuartal pertama tahun 2020, SMAR telah memanen 596 ribu ton tandan buah segar (TBS), lebih rendah 4 persen dibandingkan dengan panen pada tiga bulan pertama 2019.
Hal itu disebabkan oleh kondisi musim kemarau pada tahun lalu dan program peremajaan kembali yang sedang berlangsung. TBS tersebut diolah lebih lanjut di 16 pabrik kelapa sawit dengan jumlah kapasitas 4,35 juta ton per tahun.
Selain itu, emiten Grup Sinar Mas itu memproduksi CPO dan inti sawit (PK) masing- masing sebesar 136 ribu ton dan 36 ribu ton pada kuartal I/2020. Tingkat ekstraksi minyak sawit adalah 21,4 persen sedangkan tingkat ekstraksi inti sawit mencapai 5,7 persen.