Bisnis.com, JAKARTA - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) optimistis bisa mengembalikan ritme bisnis di paruh kedua 2020. Arus kas yang kuat, kontrak dihadapi yang masih besar, dan kepercayaan lembaga keuangan dan pemerintah dinilai menjadi modal penting bagi perseroan.
Corporate Secretary WIKA Mahendra Vijaya mengatakan pandemi Covid-19 memang telah memberikan dampak terhadap proses bisnis perseroan. Di paruh pertama 2020, beberapa kondisi makro seperti pengetatan likuiditas, perubahan anggaran, dan hambatan mobilisasi sumber daya amat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi, termasuk sektor konstruksi yang digeluti WIKA.
Oleh karena itu, WIKA melakukan berbagai review terhadap target yang sudah dicanangkan. Memasuki paruh kedua 2020, WIKA optimistis bisa mengembalikan ritme bisnis di tengah berbagai tantangan, termasuk peningkatan risiko terhadap bisnis WIKA.
"Dalam kondisi Pandemi yang saat ini masih berlangsung, WIKA tetap akan mengedepankan asas prudential dan konsisten menjalankan aktivitas operasinya. Komitmen ini menjadi penting sebagai bagian dari membangun optimisme ke depan," jelas Mahendra dalam keterangan resmi, Rabu (15/7/2020).
Menurut Mahendra, kepercayaan pemerintah terhadap WIKA masih tinggi. Hal ini tercermin dari partisipasi WIKA pada beberapa tender proyek pemerintah dengan nilai mencapai Rp15 triliun.
Di samping itu, hingga Mei 2020, WIKA masih mencatat kontrak dihadapi atau order book sebesar Rp80,71 triliun. Dengan kata lain, WIKA masih bisa terus melakukan produksi dengan modal kontrak yang sudah ada hingga 2022.
Baca Juga
Mahendra mengimbuhkan, dukungan perbankan dan lembaga keuangan juga masih kuat. Misal, pada Juni 2020 lalu WIKA mendapat pinjaman dari PT Bank Chinatrust Indonesia (CTBC Indonesia) sebesar Rp300 Miliar.
Di sisi lain, rasio keuangan WIKA diklaim masih sehat. Rasio kemampuan kas untuk membayar utang jangka pendek atau Debt Service Coverage Ratio (DSCR) pada kuartal I/2020 mencapai 2,18 kali.
Di samping itu, interest coverage ratio masih pada kisaran 3,18 kali. Dengan kata lain, laba sebelum pajak dan bunga WIKA 3,18 kali lebih besar dari beban bunga yang harus dibayar.
Menurut Mahendra, kapasitas keuangan WIKA untuk membayar kewajibannya berada pada ambang optimis sehingga tidak perlu menjadi kekhawatiran. “WIKA akan menjaga rasio utang tetap sehat di bawah level covenant,” tegasnya.