Bisnis.com, JAKARTA — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. tengah melakukan negosiasi restrukturisasi tagihan dengan empat perusahaan BUMN.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan tengah melakukan diskusi dengan PT Pertamina (Persero), PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), dan Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia. Hal itu terkait dengan restrukturisasi terhadap tagihan perseroan.
“Masih didiskusikan. Belum putus tetapi positif responsnya,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (14/7/2020).
Irfan belum membeberkan secara detail berapa total nilai tagihan yang akan direstrukturisasi. Akan tetapi, diperkirakan pembahasan itu selesai dalam waktu dekat.
Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI, emiten berkode saham GIAA itu mengungkapkan posisi cash flow atau arus kas perseroan hanya sekitar US$14,5 juta per 1 Juli 2020.
Nilai itu sekitar Rp210,42 miliar bila mengacu kurs rupiah Rp14.512 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Selasa (14/7/2020).
Baca Juga
Dengan posisi arus kas itu, GIAA melaporkan pinjaman ke bank dan lembaga keuangan senilai US$1,3 miliar per 1 Juli 2020. Dengan asumsi nilai kurs yang sama, jumlah itu setara dengan Rp18,86 triliun.
Saldo utang usaha dan pinjaman Garuda Indonesia mencapai US$2,218 miliar per 1 Juli 2020. Nilai itu terdiri atas US$905 juta dari operasional, pinjaman jangka pendek US$668 juta, dan pinjaman jangka panjang US$645 juta.