Bisnis.com, JAKARTA – Untuk pertama kalinya dalam sejarah, saham raksasa e-commerce Amazon.com berhasil menembus level US$3.000.
Pada perdagangan Senin (6/7/2020), saham Amazon naik tajam 4,8 persen ke level US$3.030,30 sekaligus membantu mendorong indeks Nasdaq Composite mencetak rekor baru di atas level 10.000.
Dengan demikian, saham perusahaan yang dikomandoi miliarder Jeff Bezos ini telah naik lebih dari 12 persen selama empat hari perdagangan dan melonjak sekitar 80 persen dari level terendah pada Maret.
Capaian yang diraih Amazon serta merta mengerek nilai kapitalisasi pasar perusahaan menjadi sekitar US$1,5 triliun, mengekor nama besar lain di sektor teknologi seperti Apple.
Saham-saham teknologi telah mendorong rebound yang menakjubkan untuk pasar saham dari posisi terendahnya pada Maret di tengah ekspektasi atas penjualan dan pertumbuhan laba yang kuat terlepas dari kenyataan bahwa ekonomi Amerika Serikat saat ini berada dalam resesi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
Ketika langkah-langkah pembatasan guna menekan angka persebaran virus Corona memaksa banyak orang berdiam di rumah masing-masing dan bekerja secara remote, Amazon telah mencatat permintaan yang meningkat untuk layanan e-commerce dan cloud-computing.
Baca Juga
Banyak analis di Wall Street memperkirakan tren ini akan bertahan lebih lama dari masa pandemi sehingga memperkuat pangsa pasar perusahaan dan memicu kenaikan baru-baru ini.
Di sisi lain, kendati optimisme tumbuh, penguatan saham Amazon meninggalkan keraguan pada sebagian besar analis Wall Street. Kurang dari seperempat dari 50 atau lebih analis yang dilacak oleh Bloomberg memiliki target di atas US$3.000, dengan target rata-rata sekitar US$2.810.
Meski lebih tinggi dari rata-rata US$2.179 pada akhir 2019, target tersebut masih menyiratkan penurunan sekitar 7 persen dari level yang baru-baru ini dibukukan.
Menurut analisis data Bloomberg, sejauh mana harga saham melebihi target rata-rata berada pada level tertinggi dalam beberapa tahun.
Bagaimanapun, Amazon tetap menjadi favorit konsensus analis di Wall Street. Hanya satu perusahaan yang merekomendasikan untuk menjual saham ini, dibandingkan dengan 52 yang mengadvokasi untuk membelinya. Adapun, empat perusahaan memberi rekomendasi hold.