Bisnis.com, JAKARTA — Di akhir paruh pertama 2020, nilai transaksi pialang saham menunjukkan kenaikan. Salah satu pendorongnya adalah pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai transaksi sepanjang Juni 2020 lalu meningkat secara signifikan signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni mencapai Rp379,23 triliun.
Jumlah tersebut naik 20,60 persen dibandingkan transaksi sepanjang Mei 2020 yang mencapai Rp314,35 triliun. Pencapaian itu sekaligus merupakan transaksi bulanan tertinggi sejak awal tahun.
Sepanjang tahun berjalan, transaksi broker di pasar saham Indonesia lesu. Di awal tahun, nilai transaksi tertekan oleh sentimen negatif yang menerpa pasar modal. Bahkan nilai transaksi menyentuh level bulanan terendahnya pada Februari 2020 yakni Rp262,95 triliun.
Angka itu kemudian mengalami peningkatan di bulan selanjutnya, yang mana pada Maret 2020 total nilai transaksi broker tercatat sebesar Rp332,11 triliun. Sayangnya kondisi itu tak berlangsung lama karena di bulan yang sama kasus Covid-19 berkembang di Tanah Air.
Pada bulan Maret juga Indeks Harga Saham Gabungan bergejolak, bahkan sempat anjlok ke bawah level 4.000.
Baca Juga
Di sisi lain, imbas dari pandemi yang mulai berkembang di Indonesia juga mulai memukul sektor perekonomian, seiring dengan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Walhasil, pada April 2020 nilai transaksi broker ikut anjlok lagi. Secara bulanan, total nilai transaksi yang tercatat sebesar Rp287,12 triliun. Sementara itu, pada Mei nilai transaksi kembali naik mencapai Rp314,35 triliun dan pada Juni melonjak jadi Rp379,23 triliun.
Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan sebenarnya pasar sudah mulai menunjukkan peningkatan sejak melewati titik terendah di Februari, tapi kemudian bertemu dengan momentum pandemi.
Meskipun demikian, dia melihat saat ini pasar mulai pulih dengan puncak kenaikan transaksi broker terjadi di awal bulan Juni, seiring dengan pelonggaran PSBB di sejumlah daerah di Indonesia.
“Trigger-nya di 8 Juni kemarin waktu pengumuman pemerintah tentang pelonggaran masa PSBB. Mungkin ini diterjemahkan pelaku pasar bahwa ini tanda ekonomi mulai melakukan recovery,” ujar Laksono saat dihubungi Bisnis, Kamis (2/7/2020).
Adapun dia menyebut investor ritel yang mendominasi lonjakan transaksi selama Juni 2020. Psalnya, Laksono menilai banyak dana yang ada di masyarakat yang tak terpakai selama masa PSBB dan akhirnya dimasukkan ke instrumen investasi, termasuk pasar saham.
“Juni itu didominasi ritel, melebihi transaksi institusi. Mungkin karena ritel banyak disposable income yang utuh, seperti uang dana liburan atau yang biasa untuk ke restoran, ada uang lebih jadi dia investasi,” tutur Laksono.
Dia mengharapkan sentimen optimisme para pelaku pasar terus bertahan bahkan meningkat di paruh kedua tahun ini, apalagi ekonomi sudah mulai kembali bergeliat. Namun, semua tetap akan bergantung pada perkembangan pandemi.
“Kalau [pandemi] masih dominan tentu ekonomi tidak bisa recovery dengan baik dan berpengaruh terhadap indeks, dan nantinya berpengaruh pada nilai transaksi. Begitu pasti urutannya,” pungkas Laksono.