Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pada kuartal III/2019 beberapa perusahaan bakal melakukan pembelian kembali saham atau buyback sebesar Rp4,3 triliun.
Direktur Penilai Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan terdapat fase kedua buyback selama 3 bulan kedepan. “Saat ini periode buyback yang sedang diproses itu ada Rp4,3 triliun baik BUMN atau non-BUMN,” katanya pada Selasa (30/6/2020).
Nyoman mengatakan terdapat 24 perusahaan yang memperpanjang masa pembelian. Namun dia belum dapat menjelaskan detail tentang perusahaannya. Meski demikian dia menyebut beberapa perusahaan telah melakukan pembelian hingga Rp500 miliar.
“Saat ini dana yang tersisa sekitar Rp3,8 triliun karena sudah terjadi pembelian Rp500 miliar. Pembelian dilakukan secara bervariasi tapi masing-masing memiliki durasi 3 bulan.
Salah satu perusahaan yang akan melakukan buyback fase kedua adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA). Perseroan berencana untuk melakukan pembelian kembali sebanyak-banyaknya 2 persen saham dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh.
Perseroan mengalokasikan dana maksimum sebesar Rp568 miliar dan akan dilakukan secara bertahap dalam waktu paling lama 18 bulan
Baca Juga
Adapun untuk realisasi buyback fase pertama Nyoman mengatakan telah terjadi pembelian sebesar Rp1,4 triliun. Realisasi itu hanya 8,9 persen dari total nilai rencana buyback sebesar Rp19,6 triliun.
Sementara itu, pada Rapat Umum Pemegang Saham PT Bursa Efek Indonesia menetapkan total pendapatan perusahaan sebesar Rp1,91 triliun atau meningkat 16,2 persen dari tahun 2018 yakni Rp1,64 triliun.
Berdasarkan data BEI, jumlah beban 2019 sebesar 1,33 triliun atau meningkat 5,3 persen dari 2018. Meski terdapat kenaikan beban, perusahaan tetap berhasil mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp445 miliar di tahun 2019 atau tumbuh 67,4 persen.
Pada 2019, BEI membukukan nilai total aset sebesar Rp7,20 triliun atau mengalami kenaikan 5,8 persen dari tahun 2018. Total kewajiban Perusahaan (liabilitas) sebesar Rp2,75 triliun atau turun 5,8 persen dengan komponen utama penurunan berasal dari liabilitas penyelesaian transaksi Bursa. Terakhir, total ekuitas Perusahaan sebesar Rp4,45 triliun atau mengalami kenaikan 14,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.