Bisnis.com, JAKARTA – Hingga akhir Mei 2020, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. membukukan kontrak baru senilai Rp3,2 triliun yang didominasi oleh kontrak konstruksi dan energi.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Parwanto Noegroho menyampaikan perolehan kontrak pada Mei mayoritas dikontribusi dari proyek irigasi di Jawa Barat dan proyek landfill di Jawa Tengah.
“Realisasi perolehan kontrak baru pada Mei didominasi oleh Pembangunan Irigasi di Cipelang, Jawa Barat senilai Rp308,1 miliar dan Pembangunan Landfill di Jombang, Jawa Tengah senilai Rp168,7 miliar,” katanya kepada Bisnis, Minggu (28/6/2020).
Sepanjang Januari—Mei, kontribusi perolehan kontrak baru perseroan didominasi oleh kontrak di lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 91 persen. Adapun lini bisnis properti menyumbang sekitar 8 persen dan lini bisnis lainnya sekitar 1 persen.
Sementara itu, berdasarkan tipe pekerjaannya, perolehan kontrak baru Adhi Karya terdiri dari proyek gedung sejumlah 30 persen, jalan dan jembatan 7 persen, serta proyek infrastruktur lainnya sebesar 63 persen.
Kontributor terbesar pemberi kontrak kerja sepanjang periode tersebut adalah pemerintah, yakni sekitar 71 persen dari total kontrak baru. Sementara itu, kontribusi dari Badan Usaha Milik negara (BUMN) dan swasta masing-masing mencapai 19 persen dan 10 persen.
Baca Juga
Dibandingkan perolehan kontrak hingga April senilai Rp2,6 triliun, terjadi penambahan kontrak sekitar Rp600 miliar. Namun, apabila dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama tahun lalu, kumulasi perolehan kontrak perseroan lebih rendah sekitar Rp1,4 triliun.
Noegroho menyatakan pada semester II/2020, perseroan memperkirakan perolehan kontrak akan lebih baik dibandingkan paruh pertama. Selain mengharapkan tuah dari kenormalan baru, secara tren perolehan kontrak biasanya akan meningkat pada periode tersebut.
“Untuk industri konstruksi memang seperti itu trennya. Proses tender proyek-proyek besar di kuartal III, bahkan puncak justru di kuartal IV, jadi bisa diproduksi menjadi pendapatan usaha di awal tahun selanjutnya,” jelasnya.
Pada tahun ini perseroan membidik kontrak baru sebesar Rp35 triliun. Sementara itu, pendapatan dan laba ditargetkan mencapai Rp22,7 triliun dan Rp704 miliar.
Namun, target tersebut dibuat sebelum adanya pandemi Covid-19. Perseroan menyatakan sedang mengkaji ulang target-target perseroan pada tahun ini, menyesuaikan dengan perkiraan dampak pandemi kepada sektor konstruksi.
Sebelum merevisi target kinerja, perseroan telah lebih dulu melakukan pemangkasan alokasi belanja modal. Perseroan memperkirakan belanja modal akan mencapai Rp1,4 triliun, turun dari proyeksi semula sebesar Rp5,5 triliun.