Bisnis.com, JAKARTA – Moody’s Investors Services menurunkan peringkat PT Jasa Marga (Persero) Tbk. akibat dukungan pemerintah terhadap perseroan akan sedikit berkurang.
Moody’s menurunkan peringkat obligor dan obligasi Jasa Marga dari Baa2 menjadi Baa3. Sementara itu, outlook terhadap Jasa Marga adalah negatif, tidak mengalami perubahan.
SVP Moody’s Ray Tay menjelaskan Jasa Marga diyakini akan tetap mendapatkan dukungan dari pemerintah karena perannya yang cukup vital dalam rencana pembangunan infrastruktur pemerintah.
Namun, dengan mempertimbangkan kondisi fiskal saat ini, pemerintah cenderung lebih selektif dalam memberikan bantuan kepada Badan Usaha Milik Negara.
“Saat ini Jasa Marga memiliki posisi strategis lebih rendah dibandingkan BUMN lain yang memiliki peringkat lebih baik, dan dalam kondisi lebih kritis,” katanya dikutip dari siaran pers, Selasa (23/6/2020).
Tay menjelaskan peringkat Baa3 merefleksikan posisi Baseline Credit Assessment (BCA) perseroan pada peringkat ba2. Peringkat ini memproyeksikan Jasa Marga akan mendapat bantuan finansial yang kuat dari pemerintah apabila dibutuhkan. Namun, Moody’s menilai bantuan yang akan diberikan tidak akan lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya.
Baca Juga
Sementara itu, outlook negatif merefleksikan eksposur risiko kredit Jasa Marga seiring masih berlanjutnya dampak negatif dari pandemi Covid-19 terhadap pendapatan perseroan.
Kontraksi volume kendaraan di jalan tol milik Jasa Marga dinilai akan membuat arus kas perseroan seret pada 2020. Sekalipun pembatasan sosial telah dilonggarkan, kemungkinan pemulihan secara cepat di sektor jalan tol masih minim.
Outlook negatif juga merefleksikan profil keuangan yang bisa mengancam peringkat saat ini kembali mengalami penurunan. Secara spesifik, Jasa Marga harus mempertahankan rasio kas dari hasil operasi terhadap utang di atas 3,5 persen, dan rasio cakupan bunga di atas 1,4x.
Hal tersebut juga mencerminkan profil keuangan perseroan yang melemah, termasuk penyangga keuangan yang terbatas milik perseroan. Perseroan juga dinilai terlalu bergantung pada fasilitas pendanaan eksternal.
Profil kredit perseroan akan bergantung pada prospek pertumbuhan volume kendaraan untuk kembali ke kondisi prapandemi. Meski perseroan tengah berupaya menurunkan belanja operasional dan belanja modal, pemangkasan secara material diperkirakan sulit dilakukan pada tahun ini.
Di sisi lain, Jasa Marga juga tengah menjalin komunikasi dengan perbankan untuk memprofil ulang ketentuan dalam pembayaran pinjaman sesuai dengan kondisi arus kas pada level induk maupun anak usaha.
Jasa Marga juga masih akan mengandalkan likuiditas dari berbagai instrumen di pasar finansial domestik. Hingga saat ini, perseroan juga tidak berencana untuk merestrukturisasi utang-utangnya di luar pinjaman bank.
Tantangan lain yang dihadapi perseroan adalah ketidakpastian terkait penyesuaian tarif jalan tol. Dengan merebaknya pandemi, kini rencana penyesuaian tarif ditunda oleh regulator.
Meski begitu, penundaan penyesuaian tarif tersebut akan ditebus lewat kompensasi kepada perseroan. Namun, ketidakpastian terkait kapan dan berapa besaran kompensasi atas penundaan masih cukup tinggi.
Di sisi lain, Tay jika tak ada tantangan seperti pada tahun ini, kebutuhan masyarakat atas layanan jalan tol yang dikelola perseroan relatif selalu stabil. Hal ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi dan peta demografi yang didominasi oleh pertumbuhan kelas menengah.
Secara umum, Tay menilai kualitas kredit Jasa Marga tetap mencerminkan dinamika permintaan yang kuat, profil lalu lintas yang relatif stabil, dan dukungan kuat dari pemerintah kepada perseroan.
Sementara itu, likuiditas perseroan diperkirakan akan terus berada pada kondisi lemah sepanjang 12 bulan—18 bulan ke depan. Hal ini terjadi karena arus kas perseroan diperkirakan akan terus negatif.
Sebelumnya, perseroan telah memutuskan untuk membagikan 5 persen dividen pada tahun ini, turun dari posisi 15 persen pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, perseroan juga punya utang sebesar Rp4 triliun dari Komodo Bond yang akan jatuh tempo pada 11 Desember 2020.
Sampai dengan akhir Mei, Jasa Marga diperkirakan memiliki kas sebesar Rp2,8 triliun. Perseroan juga masih memiliki fasilitas kredit sebesar Rp24,4 triliun yang dapat dicairkan.
Dari jumlah tersebut, terdapat fasilitas kredit senilai Rp4,4 triliun yang akan berakhir dalam 12 bulan ke depan. Jasa Marga, lanjutnya, kini tengah berupaya untuk memperpanjang fasilitas pinjaman tersebut dan mencari fasilitas kredit tambahan.
“Sebagai tambahan, perusahaan berinisiatif untuk menurunkan beban pengeluaran dan mengoptimalisasi kebutuhan investasi pada tahun ini dengan tujuan mendukung profil likuiditas perseroan,” tuturnya.
Melihat kondisi saat ini, Moody’s memperkirakan Jasa Marga akan menarik utang di level anak usaha ataupun proyek investasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari pelanggaran covenant dengan perbankan.
Saat ini, sejumlah anak usaha Jasa Marga telah melanggar kondisi praeksisting perjanjian covenant dengan perbankan. Pada tahun lalu, beberapa bank telah memberikan pengampunan atas hal tersebut.
“Kami saat ini menunggu dokumentasi terbaru atas pengampunan serupa yang dilakukan pada tahun ini dan hasil amandemen terhadap perjanjian covenant yang dibutuhkan untuk menghindari pelanggaran lanjutan.”