Bisnis.com, JAKARTA – PT Jasa Marga (Persero) Tbk. masih mampu membukukan pertumbuhan laba pada kuartal I/2020, meski dampak pandemi Covid-19 sudah mulai terjadi di akhir periode.
Namun demikian, kinerja tersebut tak akan bertahan pada kuartal II karena dampak pandemi akan lebih terasa. Akan tetapi, masih ada harapan dari relaksasi pembatasan sosial pada awal bulan ini.
Berdasarkan laporan keuangannya, emiten berkode saham JSMR itu melaporkan perolehan laba pada kuartal I/2020 mencapai Rp587,92 miliar, naik tipis 0,53 persen dari periode yang sama pada tahun lalu.
Penopang pertumbuhan laba tersebut adalah perolehan pendapatan tol dan non tol yang masih dapat mencatatkan pertumbuhan. Pendapatan tol naik 8,29 persen menjadi Rp2,53 triliun, sedangkan pendapatan non tol naik 13,01 persen menjadi Rp202,95 miliar.
Dengan kondisi tersebut, perseroan membukukan laba kotor sebesar Rp1,79 triliun. Jumlah tersebut meningkat sekitar 8,56 persen terhadap laba kotor pada kuartal I/2019.
Dari sisi laba usaha, perseroan juga mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi, yakni sebesar 14,6 persen menjadi Rp1,66 triliun. Kinerja ini ditopang oleh penurunan beban lain-lain, beban pajak atas penghasilan keuangan, serta kenaikan penghasilan keuangan dan penghasilan lain-lain.
Baca Juga
Meski begitu, Jasa Marga mengalami kenaikan biaya keuangan yang cukup besar, yakni sebesar 47,44 persen menjadi Rp774,30 miliar. Namun, perseroan juga mampu mencatatkan rugi entitas asosiasi dan ventura bersama lebih rendah, yakni Rp99,14 miliar, turun 12,89 persen.
Berkat performa tersebut, perseroan masih mampu menjaga profitabilitas di masa awal pandemi Covid-19. Laba bersih naik 0,53 persen menjadi Rp587,92 miliar. Adapun, margin laba bersih meningkat dari 7,66 persen menjadi 14,07 persen.
Sekretaris Perusahaan Jasa Marga Agus Setiawan menyampaikan bahwa perolehan pendapatan tol pada kuartal I/2020, dapat tumbuh karena dampak pandemi Covid-19 baru mulai terasa pada pertengahan hingga akhir Maret.
“Penurunan volume lalu linta di jalan tol akibat kebijakan WFH [work from home] karena pandemi Covid-19, baru mulai terasa dampaknya pada akhir kuartal I, sehingga belum secara signifikan berdampak pada kinerja,” katanya kepada Bisnis, Kamis (18/6/2020).
Selain itu, menurutnya pendapatan tol pada kuartal I/2020 juga ditopang oleh kontribusi dari ruas jalan tol baru yang dioperasikan mulai tahun lalu. Salah satunya adalah Tol Trans Jawa.
Dia menyampaikan, perseroan masih mengkaji potensi kinerja pada kuartal II/2020. Menurutnya, relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan pada awal bulan ini mulai memberikan dampak positif.
“Kondisi pada kuartal II masih kami evaluasi. Kondisi lalu lintas di jalan tol mulai mengalami peningkatan di awal Juni,” ujarnya.
Selain itu perseroan juga membidik sejumlah ruas baru yang dapat diselesaikan dan mulai beroperasi pada tahun ini. Perseroan optimistis, beberapa ruas baru di JORR 2 akan dapat selesai tahun ini.
Hal ini sejalan dengan pendapat Analis Kresna Sekuritas Andreas Kristo Saragih yang menyatakan kontribusi pendapatan anak usaha terhadap total pendapatan Jasa Marga meningkat dari 16,1 persen menjadi 19,3 persen.
Berdasarkan hasil Analyst Meeting, Andreas menyatakan bahwa perseroan masih punya modal kuat untuk menghadapi sisa tahun ini. Salah satunya adalah berkat tambahan tol baru yang akan dioperasikan tahun ini.
Dia menyatakan manajemen memproyeksikan akan memiliki tambahan 365 km jalan tol yang beroperasi hingga 2021. Dengan demikian, total portofolio jalan tol perseroan akan meningkat menjadi 1.319 km.
“Manajemen memperkirakan pada tahun ini akan ada tambahan sekitar 100 km dari sejumlah ruas baru, seperti ruas Cinere—Serpong, Kunciran Cengkareng, Balikpapan Samarinda [Seksi I—IV], Manado—Bitung, dan Bogor Ring Road [Seksi IIIA],” ujarnya, dikutip dari riset, Kamis (18/6/2020).
Di sisi lain, dia mengatakan bahwa pendapatan tol telah mengalami penurunan sekitar 45 persen sepanjang pandemi Covid-19. Namun, kini optimisme perbaikan kinerja mulai tumbuh seiring dengan adanya perbaikan pendapatan tol mingguan pada awal Juni.
Kristo menyampaikan pada pekan kedua Juni, penurunan pendapatan tol di level induk tercatat sekitar 28 persen, dan di level anak sebesar 32 persen. Penurunan ini lebih baik dibandingkan yang terjadi selama periode PSBB sebelumnya.
Menurutnya, modal lain yang akan menopang kinerja perusahaan adalah hasil positif dari upaya relaksasi pinjaman bank. Perseroan telah menurunkan weighted interest rate dari 8,04 persen menjadi 7,08 persen dengan total outstanding sekitar Rp8,4 triliun.
Dengan adanya penurunan bunga, perseroan akan tetap membayarkan kompensasi kepada bank pada tahun depan. Selain itu, perseroan telah mengamankan fasilitas pinjaman baru sebesar Rp3,2 triliun di level induk.
Hal yang sama juga berhasil dilakukan pada entitas anak perusahaan dengan menurunkan bunga menjadi sekitar 8 persen. Kompensasi atas penurunan ini akan dibayarkan pada tahun selanjutnya.
Selain itu, perseroan mendapatkan relaksasi dari sisi pembayaran pokok pinjaman di level anak usaha. Pokok pinjaman akan dibayarkan sesuai dengan kemampuan arus kas masing-masing proyek.
Dia mengatakan bahwa dengan pertimbangan tersebut, manajemen Jasa Marga optimistis dapat membukukan pertumbuhan pendapatan. Dengan catatan, tidak ada gelombang kedua Covid-19. Selain itu, perseroan juga membidik kenaikan pendapatan dari penyesuaian tarif untuk tol Jakarta—Cikampek Elevated.
Dari sisi utang, Jasa Marga memiliki surat utang senilai Rp5 triliun yang akan jatuh tempo. Surat utang ini terdiri dari Rp1 triliun obligasi, dan sekitar Rp4 triliun dari Komodo Bond.
Untuk membayar utang tersebut, perseroan menyiapkan alternatif pendanaan yang bersumber dari penerbitan obligasi sekitar Rp2 triliun pada semester II/2020 dan meningkatkan stand by loan sebesar Rp3 triliun.
Selain itu, perseroan memiliki peluang untuk mengemisi instrumen utang lain seperti Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT), Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan KIK Dana Investasi Infrastruktur (Dinfra).
Kristo menyatakan dengan berbagai pertimbangan tersebut, Jasa Marga dinilai memiliki prospek positif. Dengan demikian, dia mempertahankan rekomendasi beli untuk saham JSMR dengan target harga Rp4.650 per saham.
Senada, Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya memperkirakan pemulihan kinerja akan terjadi pada kuartal III/2020—kuartal IV/2020. Faktor kunci perbaikan tersebut adalah beroperasinya rute baru di semester I/2020.
Namun demikian, melihat dampak PSBB pada April—Mei, yang juga diperparah dengan hilangnya momentum lebaran, pendapatan perseroan akan mencapai titik rendah pada kuartal II/2020.
Akan tetapi, dia memperkirakan kondisi itu akan berbalik pada seiring dengan relaksasi PSBB yang dilakukan mulai awal bulan ini. Sentimen positif lain seperti rencana perseroan menurunkan belanja operasional dan belanja modal, serta Direktur Utama yang baru, juga akan mendorong kinerja perusahaan.
“Kami memperkirakan pendapatan menurun pada kuartal II/2020, tetapi pemulihan akan datang dengan cepat. Hal ini sudah terlihat dari perbaikan volume kendaraan pada Juni,” ujarnya, dikutip dari riset, Kamis (18/6/2020).
Dengan perkiraan tersebut, dia mempertahankan rekomendasi beli terhadap saham JSMR. Dia juga mengatrol target harga JSMR sebesar 22,3 persen, menjadi Rp4.600 per saham.