Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan ditutup melemah 0,47 persen ke posisi 4.918 pada perdagangan Senin (22/6/2020).
Meski sempat menguat pada sesi I ke level 4.957, laju IHSG terus terkerek turun hingga level terendah 4.904 pada sesi II perdagangan. Penurunan indeks perdagangan tidak dapat dielak sebab investor asing tercatat melakukan aksi jual mencapai Rp285,06 miliar.
Total net sell mencapai Rp513,64 miliar di seluruh pasar. Adapun, nilai transaksi hari ini sejumlah Rp6,95 triliun.
Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. menjadi yang paling dibuang investor asing. Net sell saham TLKM mencapai Rp176,8 miliar. Selanjutnya, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. juga net sell Rp56,2 miliar, dan PT Astra International Tbk. net sell Rp38,6 miliar.
Selanjutnya, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. net sell Rp29,3 miliar, dan saham PT Unilever Indonesia Tbk. net sell Rp25,6 miliar.
Sebelumnya, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan belum ada faktor pendorong yang bisa mengakselerasi laju IHSG. Menurutnya dalam beberapa waktu ke depan pasar akan cenderung landai dengan bolak-balik menembus level 5.000.
Baca Juga
"Jadi sebetulnya faktor pendorong untuk menembus level itu sampai saat ini belum ada. Pelaku pasar hanya didorong oleh ekspektasi dan harapan ekonomi akan membaik," katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Maximilianus menilai pasar akan menguji 5.150 dalam jangka pendek. Namun, selama variabel angka pasien korona masih tinggi dan tidak bisa ditekan IHSG akan terus menguji level itu.
"Variabel pasien masih tinggi dan paparan belum bisa ditekan sehingga indeks akan terus naik turun di level 5.000," katanya.
Sementara itu, Direktur Anugrah Mega Investama Hans Kwee menyebutkan IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 4.900 sampai 4.821 dan resistance di level 4.970 sampai 5.018.
"Investor masih memperhatikan gelombang kedua pandemi Covid-19. Peningkatan kasus di Amerika dan negara Afrika menimbulkan kekawatiran Wave 2. Ketika ekonomi aktif kembali ternyata terjadi semakin banyak infeksi yang memudarkan harapan ekonomi akan cepat pulih," katanya.