Bisnis.com, JAKARTA — PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. mengungkapkan alasan pengangkatan Co-founder sekaligus Presiden Bukalapak, M. Fajrin Rasyid, menjadi direksi perusahaan pelat merah tersebut.
Fajrin ditunjuk sebagai Direktur Digital Business Telkom dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Jumat (19/6/2020) sore. Dia menggantikan Faisal Djoemadi yang sebelumnya menduduki jabatan tersebut.
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan perseroan berencana terus menggenjot layanan digitalnya, sehingga dibutuhkan sosok yang memahami dan memiliki kompetensi di industri digital.
“Dan yang dipilih pemegang saham adalah Mas Fajrin ini. Jadi kalau kabinet punya ‘Mas Menteri’, kami punya ‘Mas Direktur’,” ujar Ririek dalam konferensi pers via layanan streaming, Jumat (19/6/2020) malam.
Seperti diketahui, panggilan 'Mas Menteri' kerap dilontarkan Presiden Joko Widodo saat menyapa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
Nadiem yang memegang jabatan di pemerintahan mulai 23 Oktober 2019 itu merupakan Founder dan Direktur Utama Gojek. Selama 10 tahun beroperasi, Gojek pun berhasil menjadi dekakorn dengan valuasi US$10 miliar pada April 2019.
Baca Juga
Adapun, Fajrin mendirikan Bukalapak bersama-sama dengan sejawat kuliahnya Ahmad Zaky dan Nugroho Herucahyono pada 2010.
Pada 2018, ketiganya berhasil mendongkrak valuasi perusahaan menembus US$2,5 miliar, sehingga menyulap perusahaan rintisan tersebut menjadi unikorn.
Setelah selama 7 tahun menjabat sebagai Chief Finance Officer (CFO), pria kelahiran 11 September 1986 ini diangkat sebagai Presiden Bukalapak pada 2018.
Muhammad Fajrin Rasyid. Istimewa
Ririek berharap dengan bergabungnya Fajrin ke jajaran direksi, Telkom dapat mempercepat transformasi digitalnya. Apalagi, Ririek menilai kondisi pandemi ini membuat kebutuhan akan layanan digital meningkat pesat.
“Dengan adanya Covid ini perusahaan harus mengakselerasi transformasi digital, termasuk Telkom. Kita berharap dengan ini kita bisa segera bertransformasi dan bisa meraih setiap kesempatan,” tuturnya.
Sementara itu, seluruh nama dalam jajaran direksi Telkom berubah kecuali kursi Direktur Utama yang masih diduduki Ririek.
Nama-nama baru selain Fajrin yang menghiasi jajaran direksi Telkom antara lain Heri Supriadi menggantikan Harry M Zain sebagai Direktur Keuangan, kemudian FM Ventusiana R menggantikan Siti Choirina sebagai Direktur Consumer Service.
Berikut Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris Baru Telkom
Direktur Utama: Ririek Adriansyah
Direktur Wholesale& International Service : Dian Rachmawan
Direktur Human Capital Management: Afriwandi
Direktur Keuangan: Heri Supriadi
Direktur Consumer Service: FM Venusiana R
Direktur Enterprise & Business Service: Edi Witjara
Direktur Network & IT Solution: Herlan Wijanarko
Direktur Digital Business : Muhammad Fajrin Rasyid
Direktur Strategic Portofolio : Budi Setyawan Wijaya
Komisaris Utama : Rhenald Kasali
Komisaris Independen : Marsudi Wahyu Kisworo
Komisaris Independen : Ahmad Fikri Assegaf
Komisaris Independen : Wawan Iriawan
Komisaris Independen : Candra Arie Setiawan
Komisaris : Marcelino Pandin
Komisaris : Ismail
Komisaris : Alex Denni
Komisaris : Rizal Mallarangeng
Menurut pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward, langkah yang diambil Telkom untuk menggaet Fajrin merupakan upaya serius perseroan dalam melakukan transformasi dalam menghadapi kompetisi digital. Terlebih, tingkat persaingan di sektor tersebut sangat ketat di Indonesia.
"Telkom akan benar-benar bertransformasi menjadi penyedia layanan digital, penguasa bisnis komputasi awan, dan lain sebagainya. Ke depannya, akan terjadi persaingan ketat antara Telkom, Alibaba Cloud, AWS, Google Cloud," ujar Ian kepada Bisnis, Jumat (19/6/2020).
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), jelasnya, Telkom akan didorong untuk membangun kapasitas layanan yang mumpuni untuk mampu bersaing dengan perusahaan teknologi kelas dunia tersebut dan menguasai trafik layanan digital di pasar nasional.
Adaapun, sejauh ini, proses transformasi digital yang berlangsung sejauh ini tidak serta merta menguntungkan pemain dalam negeri.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) Alex Budiyanto, peningkatan penggunaan platform komputasi awan lokal pun dinilai belum maksimal.
Pasalnya, pemanfaatan teknologi digital masih didominasi oleh platform asing seperti misalnya Zoom. Padahal, platform serupa juga dimiliki Telkom, yakni Umeetme, dan CloudX milik anak perusahaan, yaitu PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).