Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Infeksi Covid-19 Bertambah, Kontrak Berjangka Indeks AS Melemah

Kontrak berjangka di S&P 500 AS untuk September turun 0,3 persen pukul 8.39 pagi waktu Tokyo, setelah merosot 1,1 persen. Adapun, indeks kontrak berjangka Dow Jones Industrial Average dan Nasdaq 100 ikut turun 0,3 persen.
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa berjangka Amerika Serikat melemah pada perdagangan di Asia pagi ini, Senin (22/6/2020), seiring dengan meningkatnya angka kasus baru Covid-19 di sejumlah negara bagian.

Berdasarkan data Bloomberg, kontrak berjangka di S&P 500 AS untuk September turun 0,3 persen pukul 8.39 pagi waktu Tokyo, setelah merosot 1,1 persen. Kontrak berjangka indeks Dow Jones Industrial Average dan Nasdaq 100 ikut turun 0,3 persen.

Kepala Strategi Pasar di AxiCorp Ltd. Stephen Innes mengatakan ada kekhawatiran atas munculnya gelombang kedua terlepas dari sejumlah besar stimulus yang mungkin terus dilancarkan.

“Investor kesulitan untuk menjauh dari kenyataan bahwa pasar tidak mempertimbangkan dampak jangka panjang wabah itu baik pada pertumbuhan maupun pekerjaan,” terangnya, dikutip dari Bloomberg.

Menurut data yang dihimpun Johns Hopkins University dan Bloomberg News, angka kasus baru Covid-19 di AS meningkat 1,2 persen pada Minggu (21/6) atau sejalan dengan rata-rata kenaikan harian dalam sepekan terakhir.

Peningkatan jumlah kasus baru di California dan lonjakan infeksi di Florida, di antaranya, menambah tanda-tanda potensi bangkitnya wabah Covid-19 di negara-negara bagian Sun Belt, wilayah di AS yang secara umum membentang melintasi bagian Tenggara dan Barat Daya.

Pada Jumat (19/6/2020), bursa AS mencatat koreksi terbesar dalam lebih dari sepekan di ketidakpastian mengenai seberapa cepat negara-negara bagian dapat bangkit dari dampak lockdown.

Indeks saham acuan S&P 500 turun 0,6 persen dalam perdagangan volatil, didorong oleh pelemahan saham utilitas, energi dan industri, meskipun mampu naik 1,9 persen sepanjang pekan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper