Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street memprediksi Gedung Putih akan menyetujui satu hingga dua vaksin Covid-19 sebelum pemilihan presiden AS. Hal itu dilakukan guna memperbesar peluang terpilihnya kembali Donald Trump.
Demikian diberitakan Bloomberg seperti dikutip Sabtu (10/6/2020).
Prediksi penemuan vaksin ini lebih awal ketimbang pernyataan para ilmuwan sebelumnya. Pakar virus Anthony Fauci, misalnya,menyebut awal 2021.
Kajian dari sisi penjualan menjadi pendorong para ahli untuk menimbang jangka waktu yang lebih pendek, yakni menjelang pemungutan suara pada 3 November 2020.
Tanggal itu menjadi penting dengan mencuatnya penantang dari kubu Demokrat, Joe Biden.
Biden cukup mendapatkan dukungan publik AS, setelah kinerja Trump dinilai tidak sigap menangani pandemi dan ketidaksetaraan ras yang memecah belah bangsa.
Baca Juga
Sementara itu, persetujuan vaksin akan memberikan dampak positif bagi pasar saham AS karena investor berfokus pada pembukaan kembali bisnis dan memulai ekonomi.
Kondisi tersebut akan menjadi sentimen bagi saham pembuat vaksin. Saham-saham itu telah melihat keuntungan besar.
Saham Moderna naik lebih dari tiga kali lipat tahun ini sedangkan saingannya yang lebih kecil seperti Inovio Pharmaceuticals Inc. naik empat kali lipat dan Novavax Inc. melonjak sekitar 1.500 persen.
“Semua titik data yang kami kumpulkan membuat saya berpikir kami akan mendapatkan vaksin sebelum pemilihan, " ujar ahli strategi kesehatan Jared Holz seperti yang dilansir Bloomberg.
Senada dengan Holz, analis kebijakan Raymond James menyebutkan Gedung Putih memberikan tekanan luar biasa kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) agar menyetujui otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin sebelum pemilu.
Tak hanya itu, berdasarkan laporan Washington Post pada minggu ini, pemerintah AS mendukung upaya dari perusahaan termasuk Moderna dan Johnson & Johnson, serta AstraZeneca yang berbasis di London dan Sanofi di Prancis.
Isu penemuan vaksin yang dipercepat juga menjadi topik hangat pada pertemuan investor baru-baru ini.
Menurut hitungan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga kini terdapat 13 vaksin virus Corona eksperimental yang sedang diuji pada manusia dan lebih dari 120 vaksin lain dalam tahap awal pengembangan.
Meskipun percobaan baru terus berkembang, perusahaan bioteknologi dan farmasi termasuk AstraZeneca Plc dan Moderna Inc. telah meningkatkan produksi dan menjanjikan pasokan jutaan dosis vaksin eksperimental mereka yang masih ada sebelum tahun ini berakhir.