Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra International Tbk. tetap mengambil sikap konservatif dalam mempertimbangkan prospek kinerja di tengah pandemi Covid-19 pada tahun ini.
Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti menyatakan bahwa pandemi Covid-19 menjadi salah satu momok bagi pertumbuhan kinerja pada tahun ini.
Menurutnya, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan ekonomi. Hal itu pula berdampak terhadap bisnis Grup Astra, khususnya pada kuartal II/2020.
“Tetapi angka keuangan belum closing, karena Juni juga belum selesai. Dan laporan keuangan dan kinerja bisnis baru akan dirilis akhir Juli,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (19/6/2020).
Dia menyampaikan bahwa kebijakan pelonggaran PSBB yang dilakukan pada awal bulan ini diharapkan akan membawa angin segar terhadap kegiatan ekonomi dan bisnis.
Namun, dia menilai mengatakan hal itu tidak dapat menjadi landasan untuk mengharapkan ekonomi akan pulih dengan cepat. Dia memperkirakan, secara umum tahun ini akan tetap menjadi tahun yang berat.
Baca Juga
“Tahun ini akan menjadi tahun yang berat. Kami semua mengamati situasi yang terus berkembang ini dan mengevaluasinya dari waktu ke waktu. Bisnis belum akan kembali normal,” jelasnya.
Dia mengatakan bahwa saat ini perseroan lebih berfokus untuk menjaga kinerja dari sisi internal. Seperti meningkatkan kedisiplinan finansial, dan melakukan efisiensi pada belanja modal dan belanja operasional.
Sebelumnya, dia telah menyatakan bahwa perseroan memperkirakan realisasi belanja modal pada tahun ini akan berkurang sekitar 50 persen dari perkiraan awal tahun. Dengan demikian, belanja modal diperkirakan hanya akan mencapai Rp10 triliun—Rp11 triliun.
Sampai dengan kuartal I/2020, dampak Covid-19 sudah mulai berdampak terhadap kinerja keuangan perseroan. Bisnis alat berat yang menjadi salah satu penopang laba perseroan mengalami penurunan signifikan, sehingga menekan perolehan laba.
Sepanjang Januari—Maret, emiten berkode saham ASII itu membukukan laba bersih sebesar Rp4,81 triliun, menurun 7,77 persen secara tahunan. Perolehan laba masih ditopang oleh kinerja sektor otomotif dan jasa keuangan.
Memasuki kuartal II/2020, sektor otomotif mengalami penurunan cukup dalam dari sisi penjualan. Dari lini bisnis roda empat, penjualan ASII pada April—Mei hanya mencapai 4.906 unit secara wholesale atau dari pabrik ke dealer.
Tira menjelaskan, salah satu penyebab utama penurunan kinerja penjualan ini adalah kebijakan PSBB yang membuat banyak pabrik dan dealer perseroan berhenti operasi.
Meski begitu, pada periode kuartal II/2020, perseroan juga mendapatkan angin segar dari pelepasan PT Bank Permata Tbk. ke Bangkok Bank Public Company Limited. Perseroan diperkirakan mendapatkan sedikitnya Rp16,38 triliun dari transaksi itu.
Namun demikian, Tira enggan menjelaskan seberapa signifikan keuntungan tersebut dapat menahan tekanan yang terjadi di segmen bisnis lain pada kuartal II/2020. Dia hanya menyatakan bahwa keuntungan itu akan memperkuat posisi keuangan perusahaan.
“Krisis pasti akan menekan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, jika ada dana masuk yang memperkuat kas perusahaan, tentunya hal itu lebih baik,” ujarnya.