Bisnis.com, JAKARTA - Stabilitas rupiah menjadi salah satu poin utama yang dibutuhkan emiten menjaga kinerjanya, terutama di tengah banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti mengatakan bahwa nilai tukar rupiah yang stabil tentunya akan berdampak positif bagi bisnis. Apalagi, di tengah pandemi Covid-19 yang membuat perseroan harus mempertahankan kondisi keuangan tetap sehat.
“Volatilitas nilai tukar bisa menyulitkan pelaku bisnis membuat perencanaan bisnisnya, jadi nilai tukar stabil itu penting,” ujar Tira kepada Bisnis, Selasa (9/6/2020).
Oleh karena itu, perseroan menanggapi positif nilai tukar rupiah yang telah berhasil kembali ke bawah level Rp14.000 per dolar AS. Pasalnya, sepanjang kuartal I/2020 rupiah melemah hingga 17,49 persen sehingga menggerus laba bersih perseroan pada tiga bulan pertama tahun ini.
Untuk diketahui, sepanjang Januari—Maret, kinerja emiten berkode saham ASII ini tertekan akibat kenaikan sejumlah pos beban seperti penjualan dan beban umum yang masing-masing meningkat 18,26 persen dan 7,08 persen.
Selisih kurs yang diterima perseroan sepanjang 3 bulan ini juga membengkak 242,96 persen menjadi Rp463 miliar.
Baca Juga
Hal ini membuat laba bersih atau laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebanyak Rp4,81 triliun. Jumlah ini menurun 7,77 persen dibandingkan kuartal I/2019 yang mencapai Rp5,21 triliun.
Tira menjelaskan, perseroan akan memanfaatkan penguatan nilai tukar rupiah untuk mempertahankan kondisi keuangan di tengah ancaman profitabilitas yang akan terpukul akibat pandemi Covid-19. Ketahanan finansial itu diyakini dapat membantu perseroan untuk bertahan dan memitigasi risiko yang ada.
“Karenanya, kami akan mengelola biaya dan menjaga kas, termasuk mengurangi belanja modal dan mengelola modal kerja. Disiplin keuangan juga dilakukan dalam hal biaya operasional,” papar Tira.