Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Sawit Diprediksi Bakal Bangkit, Ini Penyebabnya

Pelonggaran lockdown di berbagai negara memberikan harapan akan membaiknya permintaan minyak sawit sehingga harga terkerek. Namun, harga minyak sawit mentah (CPO) diperkirakan akan sulit menembus 2.600 ringgit per ton.
Pekerja memindahkan tandan buah segar sawit./Sanjit Das-Bloomberg
Pekerja memindahkan tandan buah segar sawit./Sanjit Das-Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga crude palm oil (CPO) diperkirakan bakal sulit menembus 2.600 ringgir per ton di sisa kuartal II/2020 sekalipun roda ekonomi kembali bergulir.

Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan akan sulit bagi CPO untuk menyamai kuartal I/2020 yang bisa melampaui level 3.000 ringgit per ton. Menurutnya paling maksimal, harga CPO parkir di level 2.600 ringgit per ton. Akan tetapi bila optimisme pasar terus menguat, lanjutnya, 2.400 ringgit per ton bakal menjadi level konsolidasian tahun ini.

Range tahun ini masih belum jauh di sekitar 2.000 ringgit sampai dengan 2.600 ringgit bahkan ada kemungkinan di bawah 2.000 ringgit,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (10/6).

Wahyu menilai strategi paling rasional saat ini untuk trading adalah buy on weakness di level MYR2.200 per ton dan sell on strength dii 2.400 ringgit per ton. Menurutnya sekalipun roda ekonomi bakal kembali bergulir di sisa semester II/2020, tetapi belum ada dorongan yang akan mengerek harga seperti kuartal I/2020.

Saat ini, level harga yang rendah sedang merangsang harga CPO untuk naik. Berdasarkan data bursa derivatif Malaysia, harga CPO untuk kontrak Juli dibuka pada 2.432 ringgit, Agustus 2.404 ringgit dan September 2.393 ringgit.

“Harga rendah merangsang rebound, bahkan tanpa alasan yang signifikan sekalipun. Harga yang murah jelas memicu spekulasi  Apalagi jika didukung oleh isu tertentu atau lebih lebih oleh dorongan fundamental,” katanya.

Adapun sentimen pelonggaran lockdown di berbagai negara memberikan harapan akan membaiknya permintaan sehingga wajar sentimen pasar semangat dan membaik. 

Selain itu, Wahyu menambahkan membaiknya hubungan Malaysia dan India diperkirakan bakal mengerek permintaan. Pasalnya, India merupakan importir utama bagi negeri Jiran.

“Meredanya kecemasan Covid-19 juga lumayan mendorong harga. Pasar akan semakin membaik seiring terbukanya pasar modal di beberapa negara,” katanya.

Sementara itu melansir dari Bloomberg, stok CPO di Malaysia berkurang 0,5 persen menjadi 2,03 juta ton. Malaysian Oil Palm Board pun melansir ekspor CPO pada Mei naik 11 persen menjadi 1,37 juta ton. Jumlah itu merupakan yang tertinggi  sejak Desember serta melampaui ekspektasi kenaikan 8 persen. Pengiriman ke India tercatat naik 217 persen sejak April, ke China tumbuh 13 persen namun ke Eropa turun 27 persen.  

“Naiknya permintaan bakal menantang tapi dengan situasi pasokan saat ini bakal mengerek harga naik,” kata Kepala Perdagangan dan Strategi Lindung Nilai Kaleesuwari Intercontinental Gnanasekat Thiagarajan dikutip Bloomberg pada Rabu (10/6/2020).

Menurutnya pembukaan ekonomi di berbagai negara bakal menjadi penyulut naiknya harga CPO. Thiagarajan optimistis harga komoditas strategis itu bakal melakukan reli dalam waktu dekat hingga 2.500 ringgit per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper