Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah pemimpin perusahaan kulit hitam paling terkemuka di Amerika Serikat merespons secara terbuka terhadap aksi demonstrasi yang mencengkeram AS.
Chief executive officer sejumlah perusahaan termasuk Tapestry Inc. dan Merck & Co. bukanlah eksekutif terkemuka pertama yang berkomentar tentang topik ini. Namun, dengan menarik perhatian pada latar belakang mereka sendiri dan mengaitkan pengalaman diskriminasi yang menyakitkan, mereka menambahkan suara mereka pada seruan untuk persatuan.
Jide Zeitlin, CEO dari pemilik merek Coach dan Kate Spade, Tapestry, menulis tentang pengalaman pribadinya sejak awal usia 20-an dalam sebuah posting di situs web LinkedIn.
Dia ingat terbang ke Afrika Selatan yang terpecah isu rasial untuk mengadvokasi penambang kulit hitam yang kehilangan haknya. Dalam satu minggu setelah kedatangannya, ia sudah dihujani oleh gas air mata dan peluru karet. Ia menulis bahwa itu adalah pelajaran seumur hidupnya.
"Kita dapat mengganti jendela dan tas kita, tetapi kita tidak dapat membawa kembali George Floyd, Ahmaud Arbery, Breonna Taylor, Eric Garner, Trayvon Martin, Emmett Till, dan terlalu banyak yang lain," tulis Zeitlin, seperti dikutip Bloomberg.
"Setiap kehidupan warga kulit hitam ini penting," lanjutnya.
Baca Juga
Ken Frazier dari Merck & Co. mengatakan dalam sebuah wawancara di CNBC bahwa protes itu dipicu oleh lambatnya tanggapan pejabat publik terhadap pembunuhan George Floyd oleh petugas polisi di Minneapolis pada 25 Mei.
"Apa yang dilihat oleh komunitas Afrika-Amerika dalam rekaman video itu, adalah bahwa lelaki ini, yang bisa jadi saya atau lelaki Afrika-Amerika lainnya, diperlakukan sebagai bukan manusia," kata Frazier, seraya menambahkan bahwa butuh empat hari sebelum petugas polisi tersebut ditangkap.
Penanganan Tidak Manusiawi
"Apa yang dilihat masyarakat sampai mereka turun ke jalan adalah petugas ini, apalagi petugas lainnya, tidak akan ditangkap karena perlakuan yang jelas tidak manusiawi terhadap warga negara," katanya.
CEO Lowe Cos. Marvin Ellison menulis tentang tumbuh di wilayah Selatan yang sarat isu rasial dan penindasan sistemik dari sistem kasta rasial yang menjadi sasaran keluarganya. Dia menyerukan persatuan melawan rasisme dan kebencian.
"Saya memiliki pemahaman pribadi tentang rasa takut dan frustrasi yang banyak dari Anda rasakan," tulis Ellison dalam sebuah posting di Twitter. "Untuk mengatasi tantangan yang kita semua hadapi, kita harus menggunakan suara kita dan menuntut agar ketidaktahuan dan rasisme harus berakhir."
Sejumlah kecil suara dari pimpinan perusahaan AS berkulit hitam menarik perhatian pada kenyataan bahwa hanya sekitar 1 persen CEO dalam Indeks S&P 500 merupakan orang hitam dan kemajuan sebagian besar perusahaan stagnan selama beberapa tahun terakhir.
Dalam S&P 500, direktur Afrika-Amerika juga hanya membentuk sekitar 1 persen anggota dewan direksi, dan 37 persen dewan tidak memiliki anggota kulit hitam tunggal, menurut analisis tahun lalu oleh majalah Black Enterprise.
Suara-suara hitam juga tampaknya tidak mendapatkan tempat di puncak perusahaan. Kurang dari 10 persen eksekutif senior di perusahaan-perusahaan terbesar di AS merupakan orang berkulit hitam, menurut analisis akhir tahun lalu oleh Korn Ferry.