Bisnis.com, JAKARTA – PT Jasa Marga (Persero) Tbk. bersiap menggalang dana Rp4,5 triliun melalui penerbitan obligasi untuk memperkuat likuiditas di tengah pandemi Covid-19.
Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto menyampaikan bahwa saat ini pihaknya tengah mendaftarkan rencana penerbitan umum berkelanjutan (PUB) obligasi tersebut.
“Kami masih dalam tahap registrasi, PUB-nya Rp4,5 triliun. Untuk [waktu PUB] tahap satu kami masih akan lihat kondisi market,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (29/5/2020).
Dia menjelaskan setelah registrasi ini, persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selambat-lambatnya akan didapatkan pada Agustus 2020. Sementara itu, tenor surat utang ini diperkirakan akan berada pada rentang 3—5 tahun.
“Sementara 3, 5, 7, sampai 10 tahun, tapi finall call nanti kita lihat kondisi market. Kecenderungannya di 3—5 tahun. Kalau untuk kupon lihat nanti pricingnya, kami berharap kuponnya bisa kompetitif,” ujarnya.
Dia menjelaskan pada prinsipnya penggalangan dana ini akan digunakan untuk menjaga likuiditas perseroan. Dana ini akan digunakan untuk menambal kebutuhan modal kerja dan belanja modal atau capital expenditure (capex).
Baca Juga
Tahun ini perseroan menganggarkan sekitar Rp20 triliun modal kerja untuk penyelesaian sejumlah ruas tol, di antaranya tol Manado-Bitung dan tol Probolinggo-Banyuwangi. Alokasi ini juga memasukkan kebutuhan pembayaran atas ruas Jakarta-Cikampek II (Elevated).
Meski begitu, dia menerangkan bahwa sebagian besar atau sekitar 70 persen kebutuhan capex untuk penyelesaian proyek relatif sudah memiliki sumber pendanaan lain. Kebutuhan tersebut dinilai bisa dipenuhi lewat pinjaman bank di masing-masing proyek investasi.
Penerbitan obligasi ini, lanjutnya, juga akan digunakan untuk refinancing surat utang yang akan jatuh tempo. Perseroan tercatat memiliki Obligasi Jasa Marga XIV Seri JM-10 Tahun 2010 dengan jumlah pokok Rp1 triliun dan akan jatuh tempo pada 12 Oktober 2020.
Emiten berkode saham JSMR itu juga memiliki komodo bond dengan jumlah pokok Rp4 triliun yang tercatat di London Stock Exchange sejak 13 Desember 2017. Surat utang itu memiliki tenor 3 tahun dan jatuh tempo pada 11 Desember 2020.
Selain mengandalkan dana dari penerbitan obligasi ini, perseroan akan mengandalkan sejumlah sumber pendanaan lainnya. Salah satunya adalah standby loan facility dari perbankan dengan nilai Rp4,75 triliun yang dapat ditarik sewaktu-waktu, sesuai dengan kebutuhan.
Eka menambahkan perseroan juga masih bersikap terbuka terhadap potensi penggalangan dana lewat instrumen lainnya. Salah satunya lewat instrumen Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) Syariah senilai Rp2,5 triliun. Instrumen ini akan menggunakan ruast tol JORR Cilincing-Cikunir sebagai underlying asset.
“Kita tahu Jasa Marga dari dulu strategi pendanaan kami tidak mungkin hanya obligasi. Tinggal produk mana yang dipilih tergantung situasi, kami selalu terbuka terhadap instrumen lainnya, selama memberikan benefit terhadap perusahaan,” katanya.
Dia juga memastikan bahwa perseroan masih punya ruang gerak yang cukup luas untuk melakukan pendanaan pada tahun ini. Berdasarkan laporan keuangan 2019, rasio utang terhadap ekuitas perseroan masih di bawah 5:1, yakni 3,3:1.