Bisnis.com, JAKARTA – Reli bursa saham Amerika Serikat (AS) berlanjut pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Rabu (27/5/2020), didorong optimisme bahwa dampak negatif pandemi virus corona (Covid-19) terhadap ekonomi telah memuncak.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham acuan S&P 500 ditutup naik tajam 1,48 persen atau 44,36 poin ke level 3.036,13.
Indeks S&P 500 naik ke level tertingginya dalam 11 pekan dan bertahan di atas level 3.000, level teknis yang dipandang penting oleh para pengamat grafik.
Saham yang paling terdampak oleh penutupan ekonomi, mulai dari Carnival Corp hingga United Airlines, mencatat kinerja terbaik karena investor mengantisipasi peningkatan tajam dalam pengeluaran untuk barang dan jasa non-esensial.
Sejalan dengan S&P, indeks Nasdaq Composite menguat 0,77 persen atau 72,14 poin ke posisi 9.412,36 dan indeks Dow Jones Industrial Average bahkan berakhir melonjak 2,21 persen atau 553,16 poin ke level 25.548,27.
Indeks Nasdaq mampu menguat setelah Micron Technologies memperkirakan laba yang lebih baik dari perkiraan, sehingga mengangkat kenaikan untuk saham pembuat chip. Selain itu, penguatan saham American Express dan Goldman Sachs mendorong Dow Jones melonjak lebih dari 2 persen.
“Rally saham baru-baru ini adalah indikasi bahwa investor semakin optimistis tentang pembukaan kembali ekonomi dan pengembangan pengobatan [Covid-19],” terang Katerina Simonetti, manajer portofolio senior di UBS Private Wealth.
“Kita berharap hal ini pada akhirnya akan mengarah pada normalisasi di pasar, tetapi kita harus waspada soal kemunculan kembali kasus virus corona,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Di sisi lain, investor dibayangi oleh tensi yang meningkat antara AS dan China. Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan AS telah menyatakan bahwa Hong Kong tidak lagi otonom secara politik dari China, suatu langkah yang dapat memiliki konsekuensi berjangkauan jauh pada status perdagangan khususnya.
Pada Selasa (26/5/2020), laporan mengindikasikan bahwa AS tengah mempertimbangkan sanksi atas tindakan keras pemerintah China di bekas koloni Inggris tersebut.
Di pasar mata uang, Bloomberg Dollar Spot Index naik 0,2 persen, nilai tukar euro terhadap dolar AS menguat 0,2 persen ke level US$1,0998, dan yen melemah 0,2 persen ke level 107,77 yen per dolar AS.