Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hanya Tiga Sektor Positif, IHSG Ditutup Menguat Tipis

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 4.511,06 dengan penguatan tipis 0,08 persen atau 3,45 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pekerja mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ponselnya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pekerja mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ponselnya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis pada akhir perdagangan hari ini, Senin (18/5/2020).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 4.511,06 dengan penguatan tipis 0,08 persen atau 3,45 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (15/5/2020), IHSG ditutup di level 4.507,61 dengan penurunan 0,14 persen atau 6,23 poin, koreksi hari perdagangan keempat beruntun.

Indeks sempat menyentuh level 4.525,08 dengan kenaikan 0,39 persen atau 17,47 poin pada awal perdagangan Senin (18/5). Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 4.487,18-4.527,97.

Tercatat 183 saham menguat, 199 saham melemah, dan 165 saham stagnan.

Sebanyak 3 dari 10 sektor dalam IHSG menetap di zona hijau, dipimpin oleh sektor infrastruktur dengan penguatan 2,4 persen.

Tujuh sektor lainnya menetap di wilayah negatif, didorong oleh sektor industri dasar yang melemah 1,99 persen dan finansial yang turun 0,71 persen.

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan di awal pekan ini pelaku pasar masih wait and see, sebab mereka menunggu sejumlah data baru terkait ekonomi khususnya di dalam negeri.

Menurutnya, beberapa data yang ditunggu antara lain data penjualan sepeda motor serta data indeks keyakinan bisnis Q1/2020, yang mana keduanya diproyeksikan terkontraksi atau mengalami penurunan.

“Selain itu pasar menantikan RDG [Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia] dalam rangka menetapkan BI 7-Day Repo Rate,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (18/7/2020)

Di saat yang sama, tambah Nafan, dari pasar global belum ada data makroekonomi yang memberikan high positive market impact sehingga indeks cenderung naik turun.

Sementara itu, indeks saham lain berakhir menguat, dengan indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing naik 0,48 persen dan 0,38 persen, sedangkan indeks Kospi menguat 0,51 persen.

Sementara itu, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China menguat masing-masing 0,24 persen dan 0,26 persen. Adapun indeks Hang Seng naik 0,58 persen.

Bursa Asia bergerak positif bersama dengan bursa Eropa menyusul dorongan dari tanda-tanda pembukaan kembali aktivitas bisnis di berbagai penjuru dunia.

Indeks Stoxx Europe 600 terpantau menguat 1,91 persen atau 6,29 poin ke level 334, 49 pada awal perdagangan hari ini, didorong oleh penguatan sektor pertambangan, energi, dan otomotif.

Investor memulai pekan ini dengan harapan untuk rebound. Selain itu, investor mengabaikan data yang melukiskan gambaran nyata kerusakan yang diakibatkan virus corona.

Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan ekonomi AS akan pulih dari pandemi virus corona, tetapi prosesnya dapat berlangsung sampai akhir tahun depan dan bergantung pada perkembangan produksi vaksin.

"Dengan kemungkinan terburuk dari pandemi semakin berkurang, pasar ekuitas yang didukung bank sentral tidak mungkin menguji ulang posisi terendah," kata Seema Shah, kepala analis Principal Global Investors, seperti dikutip Bloomberg.

"Namun, meskipun momentum pembukaan kembali perekonomian membuat aset berisiko sedikit menguat dalam waktu dekat, lesunya laju pemulihan ekonomi dan ketidakpastian mendalam terhadap prospek virus corona menahan penguatan tersebut,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper