Bisnis.com,JAKARTA — Indonesia mampu mengungguli Singapura dan Malaysia untuk urusan jumlah perusahaan yang melantai di pasar modal dalam periode empat bulan pertama 2020.
Dalam laporannya Senin (18/5/2020), Bloomberg mencatat sebanyak 26 perusahaan melakukan aksi penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada Januari 2020—April 2020.
Jumlah itu menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara sekaligus melewati Singapura dengan enam perusahaan dan Malaysia dengan delapan perusahaan.
Kendati jumlah emiten yang melantai perdana terbilang banyak, Bloomberg menyebut nilai penggalangan dana yang dihimpun lewat IPO relatif kecil. Rerata ukuran penawaran umum hanya US$10 juta atau turun 74 persen dibandingkan dengan US$36 juta periode yang sama tahun lalu.
Tercatat, total yang digalang melalui equity capital market (ECM) senilai US$272 juta pada Januari 2020—April 2020. Nilai itu turun dibandingkan dengan US$550 juta periode yang sama tahun lalu.
Dengan pencapaian ini, Bloomberg memperkirakan total penggalangan dana bersifat ekuitas terendah dalam 10 tahun terakhir atau sejak 2009.
Baca Juga
“Meski data kami menunjukkan jumlah IPO terbesar, perusahaan Indonesia tercatat lebih memilih untuk menggalang dana dari utang di pasar modal. Pada empat bulan pertama 2020, utang senilai US$18,9 miliar dari obligasi dan sindikasi dihimpun oleh perusahaan atau setara dengan 98,1 persen penggalangan modal,” ujar APAC Head of Global Data Bloomberg Vatsan Sudersan dilansir melalui Bloomberg, Senin (18/5/2020).
Sementara itu, Bloomberg mencatat 84 persen dari obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan Indonesia terdaftar di luar negeri. Singapura menjadi tujuan favorit untuk pencatatan.
Total nilai penerbitan obligasi mencapai US$15,3 miliar pada Januari 2020—April 2020. Realisasi itu naik dua kali lipat dibandingkan dengan US$7,2 miliar periode yang sama tahun lalu.
Sudersan mengatakan lebih banyak perusahaan Indonesia beralih ke instrumen obligasi untuk menggalang dana. Hal itu menurutnya karena ketatnya likuiditas perbankan di dalam negeri.
Dia memprediksi beberapa bulan ke depan kemungkinan akan terus menjadi tantangan bagi perusahaan asal Indonesia. Pasalnya, mereka bergulat dengan kejatuhan ekonomi akibat Covid-19.
“Beberapa poin data yang dapat memberikan wawasan kepada investor di musim pendapatan yang akan datang adalah rasio loan to deposit bank lokal bersama dengan provisions for loan losses dan non performing loan,” ujar Sudersan.
Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, rasio loan to deposit (LDR) dari lima bank terbesar Indonesia berdasarkan total aset telah mengalami peningkatkan dalam tiga tahun terakhir. Rasio LDR terkerek dari rerata 90 persen awal 2017 menjadi sekitar 97 persen akhir 2019.