Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Emiten Lebih Diuji pada Kuartal II/2020

Dengan tantangan tersebut, emiten saat ini sudah harus mulai memasang strategi defensif untuk menghadapi kuartal II/2020 dan setidaknya hingga kuartal III/2020.
Pekerja berswafoto dengan latar belakang pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pekerja berswafoto dengan latar belakang pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG pada Senin (11/5/2020) berakhir di level 4.639,1 dengan penguatan sekitar 0,91 persen atau 41,67 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten sektor riil berhasil membukukan kinerja yang baik pada kuartal I/2020. Namun, kuartal II/2020 dinilai akan menjadi tantangan yang lebih berat bagi emiten untuk mempertahankan kinerjanya.

Berdasarkan data 27 emiten sektor riil yang menerbitkan laporan keuangannya di Bisnis, sebanyak 15 emiten membukukan pertumbuhan pendapatan dan 12 kontraksi. Di sisi profitabilitas, sebanyak 13 labanya tumbuh, 9 laba turun, 2 berbalik laba, 1 berbalik rugi, 1 rugi membesar, 1 rugi menciut. 

Secara kumulatif, 24 emiten yang membukukan pendapatan dalam denominasi rupiah membukukan penurunan pendapatan 3,16 persen secara tahunan dari Rp191,42 triliun pada 2019 menjadi Rp185,37 triliun pada 2020. Sementara itu, laba bersihnya masih tumbuh 2,83 persen dari Rp19,13 triliun menjadi Rp19,67 triliun. 

Adapun, margin laba bersihnya berhasil bertahan dobel digit di kisaran 10 persen. Secara sektoral, emiten yang berhasil membukukan kinerja impresif adalah sektor telekomunikasi, perkebunan, konsumsi, serta minyak dan gas.

Kinerja sektor lainnya seperti konstruksi, properti, industri dasar, unggas, tambang, dan otomotif mengalami kontraksi dengan kinerja terlemah dipimpin oleh sektor konstruksi dihitung dari rerata pertumbuhan labanya.

Sementara itu, PT Bursa Efek Indonesia melaporkan baru 82 emiten dari 682 emiten yang sudah melaporkan kinerja keuangan kuartal I/2020 sampai dengan, Rabu (13/5/2020).

“Baru 12 persen [yang menyampaikan laporan keuangan kuartal I/2020] dan itu menunjukkan slow down terhadap emiten kita. Pendapatan turun sekitar 1 persen dan laba bersih turun 23 persen,” jelasnya dalam Seminar Online bersama Danareksa Sekuritas, Rabu (13/5/2020).

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai pencapaian sejumlah kinerja emiten-emiten pada periode tiga bulan pertama tahun ini secara garis besar masih cukup baik di tengah sentimen yang ada.

Namun, yang patut dikhawatirkan adalah proyeksi kinerja pada kuartal II/2020, ketika pembatasan sosial skala besar mulai diterapkan yang mendorong pengurangan aktivitas signifikan sehingga dampak pandemi Covid-19 akan sangat terasa pada kuartal ini.

Dia mengatakan bahwa emiten saat ini sudah harus mulai memasang strategi defensif untuk menghadapi kuartal II/2020 dan setidaknya hingga kuartal III/2020. Emiten harus mengkaji ulang dan memberikan skala prioritas sejumlah rencana ekspansinya tahun ini.

“Tentu juga sembari melakukan beberapa efisiensi di beberapa pos. Karena kalau ingin diversifikasi produk itu juga harus melihat situasi dan kondisi pasar, akan diterima baik atau tidak, tetapi kalau kondisi saat ini ya bagaimana akan cukup sulit,” ujar Reza saat dihubungi Bisnis, Jumat (15/5/2020).

Reza menilai sektor yang masih berpotensi untuk bertahan cukup baik pada kuartal II/2020 adalah sektor konsumsi, telekomunikasi, dan perbankan. Kendati daya beli secara keseluruhan diproyeksi melemah, kebutuhan bahan pokok masih harus dipenuhi sehingga penjualan sektor konsumsi pun masih prospektif.

Sementara itu untuk sektor telekomunikasi, dengan masyarakat yang selalu berada di rumah sehingga kebutuhan kuota data pun akan meningkat dan menopang kinerja top line emiten telekomunikasi pada kuartal II/2020.

Di sisi lain, selain berdasarkan dengan fundamentalnya, Reza juga merekomendasikan saham-saham emiten yang siap membagikan dividennya sepanjang kuartal II/2020 seperti PGAS, PTBA, dan TOWR. Selain itu, dia juga merekomendasikan saham BBRI, TLKM, EXCL, GGRM, dan UNVR.

Dalam kesempatan yang berbeda, Kepala Riset Ekuitas Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto juga mengatakan bahwa tekanan kinerja akibat pandemi Covid-19 akan lebih terasa pada kuartal II/2020.

Sektor perkebunan, pengolahan, dan perdagangan besar dan eceran, yang sebelumnya menjadi kontributor utama dari produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2020, diyakini akan turun lebih dalam pada kuartal selanjutnya, khususnya sektor perdagangan besar dan eceran.

Selain itu, dia menjelaskan terdapat tiga kuadran risiko sebagai dampak Covid-19, yaitu risiko penyebaran virus itu sendiri, risiko depresiasi nilai tukar, dan risiko interest coverage atau beban utang.

Di kuadran risiko Covid-19, dampak buruknya dirasakan hampir oleh semua sektor, kecuali rokok, konsumer, media, poultry, telekomunikasi, dan tower. Sementara itu, pada risiko depresiasi nilai tukar dampak tertinggi dirasakan oleh sektor farmasi dan otomotif.

Adapun, kedua risiko itu telah dilalui Indonesia dan saat ini risiko mulai bergeser pada sisi interest coverage, yang akan sangat berdampak pada sektor konstruksi.

Secara garis besar, Hemy menilai sektor rokok, konsumer, dan tower memiliki risiko terendah, sedangkan risiko tertinggi ada di sektor tambang, perkebunan, dan pelabuhan.

“Jadi kalau kita melihat sektor rokok, konsumer, dan tower ini boleh dibilang masih cukup resilient. Covid 19 sudah mendekati titik peak, rupiah juga sudah mulai stabil, sudah berada di risk assestment ketiga, yang berisiko sekarang adalah sektor dengan high gearing,” ujar Helmy.

Tingkat Risiko Covid-19 di Sektor Strategis 
Sektor
Risiko Covid-19 Impact
Risiko Depresiasi Nilai Tukar
Risiko Interest Coverage
Total Risiko
Otomotif
Medium-High
Medium-High
Low-medium
Medium-High
Perbankan
Medium
Medium
Medium-High
Medium
Semen
Medium-High
Medium
Low-medium
Medium-High
Rokok
Low
Low
Low
Low
Tambang Batu Bara
High
Low
Low
High
Konstruksi
Medium-High
Low-medium
High
Medium-High
Konsumsi
Low
Low
Low
Low
Kawasan Industri
High
Medium
Low-medium
Medium-High
Media
Low-medium
Medium
Low
Low-medium
Tambang Logam
High
Low
Low
High
Farmasi
Medium
High
Low-medium
Medium
Perkebunan
High
Low
Low-medium
High
Pelabuhan
High
Low
Low
High
Unggas
Low-medium
Medium
Low-medium
Low-medium
Properti
Medium-High
Medium
Low-medium
Medium
Ritel
High
Medium-High
Low
Medium-High
Telekomunikasi
Low
Low-medium
Low-medium
Low-medium
Menara
Low
Low-medium
Low
Low
Petrokimia
Medium-High
Low-medium
Low-medium
Medium
Sumber: Danareksa, diolah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper