Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas mengincar level US$1.750 per troy ounce pada Senin (18/5/2020) seiring dengan buramnya data ekonomi AS dan ketegangan antara AS-China.
Pada penutupan perdagangan Jumat (15/5/2020), harga emas spot menguat 0,77 persen atau 13,37 poin menjadi US$1.743,67 per troy ounce. Sepanjang tahun berjalan harga menanjak 14,92 persen.
Adapun, harga emas Comex kontrak Juni 2020 meningkat 0,88 persen atau 15,4 poin menuju US$1.756,3 per troy ounce. Sementara itu, indeks dolar AS terkoreksi 0,06 persen menjadi 100,402.
Tim riset Valbury Asia Futures dalam laporannya menuliskan, harga emas naik ke level tertinggi pada 2012, karena ketegangan perdagangan AS-China yang baru menambah kehawatiran penurunan ekonomi lebih dalam akibat pandemi virus corona.
"Secara teknikal, resistan di US$1.753,60, dan level support di US$1.730,40," paparnya dalam publikasi riset, Minggu (17/5/2020).
Valbury merekomendasikan beli emas di harga US$1.741, dan stop loss di US$1.733. Target harga adalah US$1.753 dan US$1.760 per troy ounce.
Baca Juga
Secara teknikal, level resistan emas pada perdagangan Senin (18/5/2020) adalah US$1.753,57, US$1.764,15, US$1.776,72. Adapun, level support adalah US$1.730,42, US$1.717,85, dan US$1.707,27.
Bloomberg melaporkan Jumat (15/5/2020), emas berjangka naik ke puncak sejak Oktober 2012 setelah produksi manufaktur AS jatuh paling dalam sejak 1919 pada bulan lalu. Tekanan tambahan datang dari melorotnya penjualan ritel sepanjang sejarah.
Adapun harga emas berjangka di bursa Comex untuk Juni 2020, berada di posisi US$1.756,3 per ounce atau 0,9 persen lebih tinggi. Harga di pasar spot menjadi yang tertinggi dalam setahun terakhir, menuju penutupan terbesar sejak November 2012.
"Orang-orang terus menumpuk emas karena ekonomi yang lemah akan terus menyeret turun suku bunga," papar Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures LLC Phil Streible.
Logam lain yang juga menunjukkan pergerakan positif adalah perak, yang melanjutkan reli menuju posisi tertinggi dalam lebih dari 2 bulan terakhir.
Emas dan perak kembali naik setelah pada awal pekan ini, Gubernur The Fed Jerome Powell memperingatkan bahwa pandemi Covid-19 akan menghantam ekonomi dengan keras.
Data pengangguran yang sangat menembus rekor dan kembalinya ketegangan antara Presiden AS Donald Trump untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping menambah panjang gelapnya ekonomi Negeri Paman Sam.
Belum meredanya pandemi dan kemunculan infeksi virus corona gelombang kedua tidak membantu upaya pemulihan ekonomi.
"Ketakutan yang muncul datang dari berbagai sisi, mulai dari kepemimpinan politik hingga proyeksi kesehatan secara keseluruhan dan risiko ekonomi serta politik yang menyertainya," terang Kepala Analisis Pasar EMEA dan Asia INTL FCStone Rhona O'Connell.