Bisnis.com, JAKARTA – PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk. bakal menggalang dana melalui instrumen global bonds senilai US$500 juta untuk refinancing utang dan menambah modal kerja.
Berdasarkan keterangan resminya, perseroan menyatakan penerbitan surat utang itu akan dilakukan melalui PT Centratama Menara Indonesia, anak usaha yang 99,9 persen sahamnya dimiliki perseroan. Adapun, perseroan akan menjadi penjamin surat utang tersebut.
Perseroan menyatakan emisi obligasi tersebut akan ditawarkan di luar Indonesia dan Amerika Serikat. Setelah penerbitan, surat utang ini akan dicatatkan di Bursa Efek Singapura atau SGX-ST.
Pokok obligasi yang ditawarkan adalah sebanyak-banyaknya US$500 juta dengan tenor 7 tahun. Perseroan menawarkan bunga sebesar 10 persen per tahun yang akan dibayarkan setiap 6 bulan.
Dana dari obligasi ini akan digunakan untuk melakukan pelunasan terhadap seluruh atau sebagian dalam fasilitas pinjaman. Sementara itu, sisanya akan digunakan sebagai modal kerja.
“Dana hasil penerbitan Surat Utang setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan dipergunakan oleh Penerbit untuk melakukan pelunasan terhadap seluruh atau sebagian pinjaman berdasarkan Perjanjian Fasilitas dan sisanya [apabila ada] untuk modal kerja,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi, dikutip pada Rabu (13/5/2020).
Baca Juga
Fasilitas pinjaman yang akan dilunasi adalah fasilitas pinjaman dari DBS Bank Ltd. dan ING Bank N.V. Singapore Branch, dengan saldo dan pokok pinjaman sebesar US$331 juta. Jatuh tempo fasilitas pinjaman ini kepada perseroan dan anak usahanya ini 1 April 2021.
Upaya penerbitan obligasi ini masih akan menunggu persetujuan pemegang saham lewat RUPST dan RUPSLB yang akan diselenggarakan pada Jumat (15/5/2020).
Perseroan menyatakan rencana penerbitan surat utang berdenominasi dolar AS merupakan upaya diversifikasi sumber pendanaan perseroan. Selain itu, langkah ini juga diharapkan dapat memperpanjang jangka waktu pendanaan.
Perseroan menyatakan bahwa hal ini juga akan membuat pengelolaan kas perseroan menjadi lebih efisien. Alokasi kas dari induk yang semula dianggarkan untuk membayar utang, nantinya diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan usaha.
“Penerbit [obligasi] mengharapkan akan terjadi peningkatan terhadap likuiditas dan kemampuan menjalankan kegiatan usaha dan bisnisnya.”
Meski demikian, aksi korporasi ini juga akan meningkatkan leverage utang perseroan. Hal itu terlihat dari rasio utang bersih terhadap earning before interest, tax, depreciation, and amortization (EBITDA) yang diperkirakan naik dari posisi 2,48x pada akhir 2019 menjadi 4,5x—5x.
Posisi total utang terhadap ekuitas yang pada akhir 2019 tercatat sebesar 0,72x juga diperkirakan naik ke kisaran 2,25x—2,5 kali. Sementara itu, total utang terhadap aset akan naik menjadi 0,75x dari sebelumnya 0,38x.
“Perhitungan rasio di atas, tergantung dari penyerapan surat hutang di pasar modal dan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat,” tulis manajemen.