Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi Pangkas Produksi Lebih Besar, Harga Minyak Melonjak

Arab Saudi mengumumkan pemangkasan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari secara sukarela dan sepihak di tengah upaya kerajaan untuk menopang pemulihan di pasar energi global.
Tangki minyak Aramco terlihat di fasilitas produksi di ladang minyak Saudi Aramco di Shaybah, Arab Saudi, Selasa (22/5/2018)./Reuters
Tangki minyak Aramco terlihat di fasilitas produksi di ladang minyak Saudi Aramco di Shaybah, Arab Saudi, Selasa (22/5/2018)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi mengumumkan pemangkasan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari secara sukarela dan sepihak di tengah upaya kerajaan untuk menopang pemulihan di pasar energi global.

Saudi menargetkan untuk memompa minyak di bawah 7,5 juta barel per hari pada Juni 2020. Angka produksi ini lebih rendah dari target resmi sebesar 8,5 juta barel per hari di bawah perjanjian terbaru OPEC+.

Jika Riyadh memenuhi janjinya, maka produksi minyak kerajaan akan turun ke level terendahnya dalam 18 tahun atau sejak pertengahan 2002, menurut data Bloomberg.

“Kerajaan bertujuan melalui pemangkasan [produksi] tambahan ini guna mendorong para anggota OPEC+, serta negara-negara penghasil lainnya, untuk mematuhi pemangkasan produksi yang telah mereka janjikan,” ungkap seorang pejabat di Kementerian Energi Saudi.

“Selain itu, memberikan pemangkasan tambahan sukarela, dalam upaya untuk mendukung stabilitas pasar minyak global,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (11/5/2020).

Riyadh juga meminta perusahaan milik negara Saudi Aramco untuk mengurangi produksinya pada bulan Mei ini “dalam persetujuan dengan pelanggannya”.

Menyusul kabar positif ini, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juni 2020 rebound dan melonjak 2,55 persen atau 0,63 poin ke level US$25,37 per barel pukul 20.36 WIB.

Sementara itu, harga minyak mentah Brent kontrak Juli 2020 naik 0,26 persen menjadi level US$31,05 per barel. Harga minyak sebelumnya tertekan kekhawatiran atas kelebihan pasokan dan dampak buruk dari pandemi virus corona (Covid-19).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper