Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring dengan pelemahan dolar AS dan faktor fundamental ekonomi domestik.
Akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 75 poin atau 0,5 persen ke level Rp14.920 per dolar AS, di saat indeks dolar terpantau melemah 0,038 poin atau 0,04 persen ke level 99,851 pada pukul 15.01 WIB.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan ekspektasi pelaku pasar terhadap roda ekonomi yang mulai menguat kembali menjadi salah satu sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah dari sisi eksternal.
Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail mengaku optimistis mata uang Garuda dapat bertahan di kisaran 15.500 hingga akhir 2020. Salah satunya karena fasilitas repurchase agreement atau repo line dari bank sentral AS, The Federal Reserve.
Dia mengatakan adanya repo line yang dapat digunakan Bank Indonesia jika membutuhkan likuiditas tambahan dalam bentuk dolar tersebut menunjukkan bagaimana BI dianggap penting oleh pemerintah AS.
“Ibaratnya AS nggak bakal membiarkan Indonesia chaos. Dengan adanya repo line, kalau cadangan devisa kurang, BI bisa impor barang tanpa harus tukar dolar,” tuturnya dalam paparan via streaming video, seperti dikutip Bisnis, Jumat (8/4/2020).
Baca Juga
Adapun, meski Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo telah menegaskan bahwa BI tidak akan mencetak uang tambahan untuk penanganan Covid-19 di dalam negeri. Mikail menyebut jika sampai hal tersebut perlu dilakukan, BI tak perlu khawatir sebab The Fed juga tengah mencetak uang secara besar-besaran.
Hingga akhir April lalu, Bank Sentral AS tersebut setidaknya telah mencetak dolar senilai US$2,3 triliun. Mikail menyebut hingga akhir tahun nanti The Fed kemungkinan dapat mencetak uang hingga US$10 triliun.
“Jadi kalau BI cetak rupiah, toh The Fed juga cetak jauh lebih banyak. Jadi [rupiah] tidak akan terlalu tertekan,” imbuhnya.
Sikap The Fed untuk terus menggelontorkan uang baru, dinilai Mikail sebagai salah satu upaya mereka untuk menjaga imbal hasil (yield) U.S Treasury atau surat utang negara AS di sekitar 1 persen.
Di sisi lain, surat utang negara Indonesia memiliki yield cenderung tinggi yakni di kisaran 8 persen, yang mana spread antara yield obligasi kedua negara tersebut terpaut cukup jauh.
“Itulah mengapa Indonesia laris sekali SUN-nya. Jadi rupiah nggak akan ke mana-mana setidaknya dalam jangka pendek, sampai akhir tahun. AS bakal terus cetak uang, yield SUN akan menjadi cukup rendah, dan rupiah stabil,” tutur Mikail.
Simak pergerakan rupiah hari ini secara live.
Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir menguat 25 poin atau 0,17 persen ke level Rp14.895 per dolar AS, saat indeks dolar AS naik 0,15 persen atau 0,153 poin ke posisi 99,887.
Nilai tukar rupiah menguat 10 poin atau 0,07 persen ke level Rp14.910 per dolar AS, saat indeks dolar AS naik 0,11 persen atau 0,114 poin ke posisi 99,848.
Nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau menguat 3 poin atau 0,02 persen ke level Rp14.916 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,01 persen atau 0,011 poin ke level 99,745 pada pukul 13.29 WIB.
Nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau menguat 7 poin atau 0,05 persen ke level Rp14.912 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,02 persen atau 0,022 poin ke level 99,712 pada pukul 11.25 WIB.
Nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau berbalik menguat 5 poin atau 0,03 persen ke level Rp14.915 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,04 persen atau 0,044 poin ke level 99,690 pada pukul 09.51 WIB.
Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka melemah 15 poin atau 0,1 persen ke level Rp14.935 per dolar AS di awal perdagangan hari ini.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,02 persen atau 0,017 poin ke level 99,717 pada pukul 08.51 WIB.