Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan sejumlah strategi menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah besarnya arus keluar modal asing (capital outflow).
Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Rabu (6/5/2020) pukul 14.00 WIB, rupiah melemah 0,12 persen atau 17,5 poin menjadi Rp15.097,5 per dolar AS. Sepanjang tahun berjalan harga melesu 8,79 persen.
Adapun, indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata yang utama terkoreksi 0,14 persne menuju 99,848. Sepanjang tahun berjalan harga masih menguat 3,55 persen.
Sri Mulyani menjelaskan fluktuasi nilai tukar rupiah saat ini tidak hanya dilihat dari sisi fiskal dan moneter, tetapi juga banyak faktor lainnya akibat Covid-19. Salah satunya ialah mendadaknya capital outflow dalam jumlah besar.
“Secara fundamental bisa dilihat di BOP dan disituasi Covid-19 ini bisa terjadi outflow mendadak. Tingkat kepanikan Covid ini lebih tinggi dari taper tantrum dan krisis 2008,” ujarnya dalam rapat bersama Komisi XI DPR secara streaming, Rabu (6/5/2020).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per 30 April 2020 net sell asing di pasar saham mencapai Rp19,13 triliun secara year to date (ytd). Adapun, di pasar Surat Berharga Negara (SBN) terjadi net sell sebesar Rp141,12 triliun, sehingga total outflow asing Rp160,25 triliun
Kabar baiknya, net sell asing tidak sederas bulan sebelumnya. Per Maret 2020, net sell di pasar saham sebesar Rp5,6 triliun, sedangkan net sell di pasar SBN sejumlah Rp121,3 triliun, sehingga totalnya mencapai Rp126,9 triliun.
Sri Mulyani menuturkan kebangkrutan perusahaan baik sektor riil dan keuangan itu sangat mengancam. Oleh karena itu, pemerintah bekerja sama dengan BI untuk menjaga stabilisasi di sektor pasar uang tersebut.
“Dari sisi Kemenkeu, kami menjaga defisit untuk bisa dibiayai tanpa terlalu bergantung terhadap SBN. Pendanaan SBN menggunakan SAL [Saldo Anggaran Lebih], dana abadi, BLU [Bantuan Layanan Umum], kita lakukan dan kami maksimalkan,” paparnya.
Selain itu, pemerintah meningkatkan pembiayaan dalam forex. Dari BI selalu meminta kepada pemerintah agar bisa mendapatkan sumber pendanaan luar negeri untuk menjaga cadangan devisa.
Langkah tersebut juga dilakukan untuk membayar utang berdenominasi dolar dan valas lain. Oleh karena itu, penerbitan global bond atau pandemic bond sebesar US$4,3 miliar sangat membantu.
Sebagai informasi, pada 7 April 2020 pemerintah menerbitkan surat utang global US$4,3 miliar dari emisi tahap pertama yang dananya akan digunakan untuk penanganan dan pemulihan penyebaran Covid-19.
“Bond itu sangat membantu BI, karena cadev langsung kita naik, dan bisa juga dipakai untuk membayar utang luar negeri kita. Jadi, secara fiskal kita akan terus hati-hati meski kondisi luar biasa berat,” imbuhnya.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan cadangan devisa saat ini lebih dari cukup untuk estimasi kebutuhan tujuh bulan ke depan. Per akhir Maret 2020, cadangan devisa nasional tercatat sebesar US$121 miliar.
Perry pun optimistis rupiah dapat menuju Rp15.000 pada akhir 2020. Salah satu pendorong rupiah ialah defisit transaksi berjalan yang lebih rendah.