Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menghentikan reli tiga hari berutrut-turut pada perdagangan Senin (4/5/2020) menyusul surutnya optimisme terhadap pengurangan produksi di tengah bukti baru kelebihan pasokan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak Juni 2020 terpantau melemah 7,33 persen atau 1,45 poin ke level US$18,33 per barel pada pukul 08.21 WIB, setelah mencatat penguatan mingguan pertama dalam satu bulan terakhir.
Sementara itu, minyak mentah jenis brent melemah 2,69 persen atau 0,71 poin ke level US$25,73 per barel di ICE Futures Exchange yang berbasis di London.
Survei Bloomberg mencatat produksi OPEC melonjak paling tinggi dalam hampir 30 tahun terakhir pada bulan April, sejalan dengan upaya negara-negara produsen terus memompa minyak mentah dalam jumlah besar bahkan setelah mencapai kesepakatan penurunan output pada awal bulan.
Aksi penghindaran risiko setelah minyak terjun di bawah nol bulan lalu juga membebani pasar, dengan manajer investasi exchange-traded fund berbasis minyak senilai US$500 juta yang diperdagangkan di Hong Kong mengatakan brokernya menolak untuk membiarkannya meningkatkan kepemilikan berjangka minyak mentah.
S&P Global Inc., yang berada di belakang indeks komoditas yang paling diikuti, mengatakan akan mengganti patokan kontrak West Texas Intermediate untuk Juli menjadi Agustus, sementara United States Oil Fund LP mengatakan akan membagi dua kepemilikan untuk kontrak bulan Juli.
Baca Juga
Lonjakan Perang Harga OPEC
Terlepas dari adanya ada tanda-tanda bahwa penurunan konsumsi minyak mungkin telah mencapai titik terendah di beberapa negara, para pelaku pasar percaya permintaan butuh waktu satu tahun untuk pulih ke level sebelum virus corona menyerang.
Masifnya pasokan berlebih yang dipicu oleh perang harga minyak pada bulan Maret dan April juga akan membuat harga tertekan bahkan ketika aktivitas ekonomi meningkat.
Menteri Energi Aljazair Mohamed Arkab, yang memegang kepresidenan bergilir OPEC, meminta anggota organisasi untuk menerapkan lebih dari 100 persen dari target pemotongan yang disepakati di bawah kesepakatan yang mulai berlaku sejak 1 Mei.
Sementara itu, jumlah rig minyak aktif di AS, yang merupakan produsen minyak terbesar dunia, turun selama tujuh pekan berturut-turut.