Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham di Asia bergerak ke posisi lebih rendah pada perdagangan pagi ini, Senin (4/5/2020), bersama kontrak berjangka indeks saham Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P/ASX 200 Australia melemah 0,5 persen pukul 10.01 waktu Sydney dan indeks Kospi Korea Selatan anjlok 2,3 persen.
Sementara itu, kontrak berjangka indeks S&P 500 AS merosot 1,5 persen dan kontrak berjangka FTSE 100 turun tajam 1,2 persen.
Kontrak berjangka S&P 500 terkoreksi lebih dari 1,5 persen setelah bursa saham global membukukan penurunan lebih dari 2 persen pada perdagangan Jumat (1/5/2020).
Rally saham global sebesar lebih dari 10 persen pada bulan April tengah diuji ketika investor mencermati pelonggaran lockdown oleh banyak negara. Pada saat yang sama, pasar diresahkan oleh gelombang kedua kasus infeksi virus corona dan data ekonomi yang terus-menerus mengkhawatirkan.
Westpac Banking Corp. di Australia melaporkan penurunan laba dan menjadi bank terbaru yang akan menunda pembayaran dividen. Pasar selanjutnya menantikan laporan keuangan sejumlah perusahaan termasuk Disney, BMW, dan Air France-KLM.
"Meski sangat kecil kemungkinan kita [saham] akan menguji kembali posisi terendah yang dialami pada Maret, setidaknya ada beberapa kesempatan kita kembali ke bagian bawah kisaran perdagangan April, yang akan menjadi penurunan 7-10 persen lebih lanjut dari titik saat ini, untuk sebagian besar aset berisiko,” jelas Ciaran Mulhall, managig director di Solus Capital Partners Ltd.
Turut membebani sentimen adalah perdebatan politik baru antara AS dan China. Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan "bukti besar" menunjukkan wabah virus corona baru (Covid-19) dimulai di sebuah laboratorium di Wuhan, China, tetapi tidak memberikan bukti apa pun atas klaimnya.
Komentarnya itu disampaikan setelah Presiden AS Donald Trump dan sejumlah pejabat pekan lalu mempertajam kritik mereka terhadap Beijing, dengan menuntut jawaban tentang asal-usul virus mematikan tersebut dan mengisyaratkan kemungkinan pembalasan.
Di sisi lain, Gilead Sciences Inc. berencana untuk memberikan obatnya, remdesivir, kepada pasien-pasien Covid-19 dalam beberapa hari setelah mendapatkan dukungan AS untuk penggunaan darurat.
“Kekhawatiran saya adalah bahwa pasar telah memperhitungkan semua optimisme itu sebelum kita menghadapi berita terburuk tentang ekonomi serta mengenai industri dan pendapatan," ujar Michael Jones, CEO di Caravel Concepts LLC, seperti dilansir melalui Bloomberg.
“Ada tantangan dan kemunduran yang akan menghantam kita selama empat pekan ke depan dan kita tidak lagi diberi harga yang cukup murah untuk mengesampingkan semua berita buruk itu begitu saja,” tambahnya.
Kabar lainnya, pasukan Korea Utara menembaki pasukan Korea Selatan mereka di zona demiliterisasi untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Langkah ini dilakukan sehari setelah pemimpin Korut Kim Jong-un muncul dalam suatu agenda sekaligus mengakhiri spekulasi tentang keberadaannya.
Di tengah rontoknya daya tarik aset berisiko, nilai tukar yuan offshore China memperpanjang depresiasinya terhadap dolar AS dengan melemah 0,3 persen menjadi 7,1556 per dolar AS dan dolar Australia melemah 0,6 persen menjadi US$63,81 sen.
Sebaliknya, Bloomberg Dollar Spot Index naik 0,3 persen dan niai tukar yen Jepang menguat 0,1 persen menjadi 106,78 per dolar AS.