Bisnis.com, JAKARTA — PT PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk. (TBIG) membukukan kinerja sepanjang kuartal I/2020. Hasil penerbitan surat utang tanpa peringkat diyakini jadi salah satu penopang kinerja perseroan ke depan.
Berdasarkan keterangan resmi perseroan, di kuartal I/2020 TBIG mencatat pendapatan Rp1,26 triliun atau naik 11,57 persen secara tahunan. Sementara itu, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan apresiasi atau EBITDA tercatat sebesar Rp1,08 triliun untuk periode tiga bulan pertama 2020.
CEO TBIG Hardy Wijaya Liong mengatakan sepanjang kuartal pertama 2020 ini TBIG mencapai pertumbuhan penyewa organik terbesar yang pernah dicapai. Tercatat, perseroan menambahkan 1.402 penyewaan kotor, yang terdiri dari 134 sites telekomunikasi dan 1.268 kolokasi. Rasio kolokasi TBIG juga meningkat dan saat ini berada di 1,92x.
“Peningkatan tersebut disebabkan oleh kuartal yang luar biasa untuk kolokasi. Kami berharap pertumbuhan organik kami tetap kuat untuk membantu Operator dalam memperluas jangkauan jaringan mereka di seluruh negeri,” ujarnya melalui keterangan resmi, Kamis (30/4/2020).
Menurutnya, saat ini fokus adalah pada pelaksanaan yang tepat waktu untuk menyelesaikan pesanan dan pelayanan berkelanjutan untuk pelanggan telekomunikasi mereka sembari mengambil langkah tambahan untuk memastikan seluruh karyawan tetap sehat selama pandemi Covid-19.
Chief Financial Officer TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan pada kuartal pertama tahun ini, TBIG berhasil mengakses pasar obligasi dalam mata uang Rupiah dan dolar AS dengan tingkat bunga yang sangat kompetitif.
Tercatat, pada Januari 2020 lalu TBIG telah menerbitkan obligasi tanpa peringkat dengan jangka waktu 5 tahun dan bunga 4,25 persen sebesar 350 juta dolar AS. Kemudian di bulan Maret 2020, perseroan menerbitkan Rp1,5 triliun obligasi dalam mata uang rupiah.
Menurut Helmi, penggunaan dana dari kedua obligasi ini untuk melunasi pinjaman bank yang ada sehingga kedua obligasi memberikan efek netral terhadap leverage TBIG dan memperpanjang jangka waktu rata-rata struktur utang mereka. Per Q1/2020, tingkat leverage TBIG telah berkurang menjadi 4,8x.
“Ini jauh di bawah batasan obligasi kami untuk tidak lebih dari 6,25x untuk pinjaman kotor (menggunakan kurs lindung nilainya) terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan,” kata Helmy.
Baca Juga : TOWR & TBIG Cetak Kinerja Moncer |
---|
Per 31 Maret 2020, total pinjaman kotor (gross debt) perseroan mencapai Rp21,65 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp7,99 triliun. Jumlah tersebut dicatat jika bagian pinjaman dalam mata uang dolar AS yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya
Adapun dengan saldo kas yang mencapai Rp798 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp20.857 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp7.199 miliar. Kemudian jika menggunakan EBITDA kuartal pertama 2020 yang disetahunkan, rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 1,7x dan pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,8x.
“Bahkan dengan volatilitas rupiah pada saat ini, lindung nilai kami tetap efektif dan tidak berdampak merugikan terhadap bisnis atau keuangan kami,” imbuh Helmy.