Bisnis.com, JAKARTA – Laba bersih emiten perkebunan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. turun sedalam 86,45 persen menjadi Rp11,68 miliar akibat penurunan penjualan dan kenaikan aneka beban.
Sejalan dengan penurunan laba bersih, Laba per saham juga menyusut dari posisi Rp9,05 menjadi Rp1,23.
Laporan keuangan perseroan menunjukkan, pada 2019 Sawit Sumbermas mencetak penjualan sebesar Rp3,27 triliun atau turun 11,67 persen secara tahunan. Segmen minyak kelapa sawit menyumbang mayoritas penjualan sebesar Rp2,94 triliun turun dari posisi sebelumnya Rp3,21 triliun.
Segmen inti sawit menyumbang Rp120,64 miliar, minyak inti sawit Rp134,28 miliar dan tandan buah segar Rp76,20 miliar. Pihak afiliasi yaitu PT Citra Borneo Utama menjadi pembeli mayoritas sebesar Rp2,86 triliun atau 87 persen dari total pendapatan 2019.
Kendati penjualan turun, emiten berkode saham SSMS itu mencatatkan pertumbuhan beban-beban. Misalnya beban pokok naik 7,49 persen ke posisi Rp2,26 triliun. Beban umum juga naik 6,44 persen menjadi Rp522,93 miliar dan beban keuangan 5,46 persen menjadi Rp513,84 miliar.
Di sisi lain, total liabilitas SSMS mencapai Rp7,7 triliun. Liabilitas jangka pendek meliputi Rp1,30 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp6,46 triliun. Sementara itu, total aset mencapai Rp11,84 triliun dengan aset lancar Rp3,28 triliun dan aset tidak lancar Rp8,55 triliun.
Baca Juga
Perseroan menghabiskan Rp652,33 miliar untuk investasi sehingga kas dan setara kas mencapai Rp2,20 triliun.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Sawit Sumbermas Sarana Swasti Kartikaningtyas mengatakan tengah berupaya mencari pasar alternatif. Pasalnya penyebaran virus korona dapat mempengaruhi permintaan dan pasokan dalam dan luar negeri.
SSMS bakal fokus pada bisnis hilirisasi tahun ini sehingga perseroan dapat mengoptimalkan produksi dari penyulingan dengan target pasar ekspor. SSMS melakukan integrasi dengan perusahaan afiliasi yang bergerak pada bidang refinery PT Citra Borneo Utama (CBU).
SSMS menargetkan produk hilir bisa menembus pasar China, India, Pakistan dan Bangladesh. Selain itu, perseroan menargetkan produksi CPO bisa menyentuh 600.000 ton pada 2020. Jumlah itu setara dengan 1,72 juta ton tandan buah segar.
Menurutnya, SSMS memiliki Oil Extraction Rate inti (OER CPO) sebesar 24,5 persen diatas rata-rata Industri 22,2 persen. Faktor tingginya angka pemurnian, lanjutnya, karena penggunaan bibit unggul, serta umur tanaman SSMS yang tergolong muda. Sekitar 10,7 tahun, lebih muda dibanding rata-rata kompetitor.