Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukit Asam (PTBA) Sudah Realisasi Buyback Rp10,7 Miliar

Perseroan telah melaksanakan aksi buyback sejak 27 Maret 2020 seiring dengan penurunan harga saham akibat perburukan sentimen global.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) Arviyan Arifin memberikan keterangan saat paparan kinerja di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) Arviyan Arifin memberikan keterangan saat paparan kinerja di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) telah merealisasikan pembelian kembali saham atau aksi buyback tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS) senilai Rp10,7 miliar.

Hal itu dilakukan sesuai dengan Surat Edaran OJK Nomor 3/SEOJK.04/2020 tanggal 9 Maret 2020 terkait relaksasi buyback dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan RUPS.

Sekretaris Bukit Asam Hadis Surya mengatakan bahwa pihaknya telah melaksanakan aksi buyback itu sejak 27 Maret 2020 seiring dengan penurunan harga saham akibat perburukan sentimen global.

“Sejauh ini sudah Rp10,7 miliar dana yang kami gunakan,” ujar Hadis kepada Bisnis.

Adapun, emiten tambang berpelat merah itu mengalokasikan dana senilai Rp300 miliar untuk menggelar aksi buyback saham dengan periode pembelian saham mulai dari 17 Maret 2020 hingga 16 Juni 2020.

Pada akhir perdagangan pekan lalu, Jumat (24/4/2020), saham PTBA parkir di level Rp1.850 terkoreksi 2,12 persen atau 40 poin. Sepanjang tahun berjalan 2020, saham PTBA telah turun sebesar 30,45 persen. Pada akhir Maret 2020, saham PTBA sempat anjlok ke level Rp1.800, level terendah sejak Juli 2016.

Di sisi lain, Analis teknikal Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia mengatakan aksi buyback saham yang dilakukan oleh emiten-emiten akan membatasi prospek penurunan earning per share (EPS) perseroan pada akhir tahun ini akibat sentimen pandemi Covid-19 yang melambatkan pertumbuhan ekonomi global.

“Dengan mengurangi saham beredar, maka EPS tidak akan seburuk yang diperkirakan. Karena prospek net income lebih jeblok tidak dapat dihindarkan seiring dengan pandemi ini,” ujar Liza kepada Bisnis.

Untuk diketahui, EPS terdiri atas komponen laba bersih yang dibagi dengan jumlah saham beredar.

Liza menjelaskan saat ini investor belum begitu percaya diri untuk masuk kembali ke pasar saham seiring dengan beberapa katalis negatif yang masih beredar di pasar seperti anjloknya harga minyak dan sentimen pandemi Covid-19 yang melemahkan pertumbuhan ekonomi.

Namun, dengan aksi buyback yang dilakukan oleh emiten dapat memberikan sinyal pada investor bahwa emiten itu masih memiliki kas yang cukup kuat dan proyeksi kinerja yang cukup baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper