Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (24/4/2020), bersama dengan bursa Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG parkir di level 4.556,21 dengan pelemahan 37,35 poin atau 0,81 persen pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis (23/4/2020), IHSG mampu ditutup di level 4.593,55 dengan kenaikan 0,57 persen atau 25,99 poin.
Indeks mulai tergelincir dari penguatannya dengan dibuka turun 0,17 persen atau 7,85 poin ke level 4.585,71 pada Jumat (24/4). Sepanjang perdagangan hingga akhir sesi I, indeks bergerak dalam kisaran 4.554,25 - 4.593,83.
Sebanyak 8 dari 10 sektor dalam IHSG menetap di zona merah pada akhir sesi I, dipimpin properti (-2,64 persen), finansial (-1,82 persen), dan pertanian (-0,79 persen). Dua sektor lainnya, infrastruktur dan pertambangan, masing-masing mampu naik 1,42 persen dan 0,9 persen.
Adapun, sebanyak 132 saham menguat, 225 saham melemah, dan 124 saham stagnan.
Baca Juga
Indeks saham lainnya di Asia turut tertekan di zona negatif siang ini, di antaranya adalah indeks Nikkei 225 Jepang (-0,72 persen), Kospi Korea Selatan (-1,39 persen), Taiex Taiwan (-0,03 persen), dan Hang Seng Hong Kong (-0,28 persen).
Indeks saham acuan Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing juga melemah 0,63 persen dan 0,46 persen, sedangkan indeks S&P Sensex BSE India melorot 1,38 persen.
Dilansir dari Bloomberg, bursa saham Asia melemah ketika investor mencermati tanda-tanda progres dalam perang melawan virus corona (Covid-19) dan data-data yang menunjukkan dampak pandemi ini terhadap ekonomi.
Kontrak berjangka indeks S&P 500 pun terkoreksi setelah indeks saham acuannya ditutup turun tipis 0,05 persen ke level 2.797,80 pada perdagangan Kamis (23/4/2020).
Baik indeks S&P 500 maupun indeks Nasdaq Composite mengakhiri pergerakannya di wilayah negatif pada Kamis menyusul kabar bahwa obat virus corona yang tengah diuji menunjukkan hasil yang buruk dalam sebuah tes.
Mengutip draft dokumen yang diterbitkan secara tidak sengaja oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Financial Times melaporkan bahwa obat Covid-19, Remdesivir, yang diproduksi Gilead Sciences Inc. gagal dalam uji klinis acak pertama. Namun, perusahaan membantah hasil tersebut.
“Investor telah menggantungkan harapan mereka pada kemajuan berkelanjutan menuju melandainya kurva penyebaran dan ditemukannya vaksin virus corona,” kata Adam Phillips, direktur strategi portofolio di EP Wealth Advisors.
Sementara itu, klaim pengangguran awal AS dilaporkan melonjak 4,4 juta pekan lalu. Total warga AS yang kehilangan pekerjaan kini melebihi 26 juta orang akibat dampak shutdown perekonomian yang dipicu oleh pandemi Covid-19.
“Ada daftar panjang data yang cukup mengejutkan, hanya dalam 24 jam terakhir,” ujar Nerida Cole, managing director di Dixon Advisory.
“Perhitungan pasar tentu saja berada di sisi optimistis bahwa itu akan menjadi jalan keluar dari krisis [Covid-19) dan di situlah investor perlu sangat berhati-hati,” sambungnya.