Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tergelincir ke Zona Merah, Investor Cermati Perkembangan Covid-19

Bursa saham Asia tergelincir ke zona merah pada perdagangan pagi ini, Jumat (24/4/2020), saat investor mencermati tanda-tanda progres dalam perang melawan virus corona (Covid-19) dan data-data yang menunjukkan dampak pandemi ini terhadap ekonomi.
Bursa Tocom/Akio-Bloomberg
Bursa Tocom/Akio-Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Asia tergelincir ke zona merah pada perdagangan pagi ini, Jumat (24/4/2020), saat investor mencermati tanda-tanda progres dalam perang melawan virus corona (Covid-19) dan data-data yang menunjukkan dampak pandemi ini terhadap ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix Jepang terkoreksi 0,8 persen pukul 9.08 pagi waktu Tokyo dan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,6 persen.

Sementara itu, kontrak berjangka indeks S&P 500 melemah 0,5 persen setelah indeks saham acuannya ditutup turun tipis 0,05 persen ke level 2.797,80 pada perdagangan Kamis (23/4/2020).

Baik indeks S&P 500 maupun indeks Nasdaq Composite mengakhiri pergerakannya di wilayah negatif pada Kamis menyusul kabar bahwa obat virus corona yang tengah diuji menunjukkan hasil yang buruk dalam sebuah tes.

Mengutip draft dokumen yang diterbitkan secara tidak sengaja oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Financial Times melaporkan bahwa obat Covid-19, Remdesivir, yang diproduksi Gilead Sciences Inc. gagal dalam uji klinis acak pertama. Namun, perusahaan membantah hasil tersebut.

Sebelum berbalik turun, Wall Street sempat menguat meskipun klaim pengangguran awal AS dilaporkan melonjak 4,4 juta pekan lalu. Total warga AS yang kehilangan pekerjaan kini melebihi 26 juta orang akibat dampak shutdown perekonomian yang dipicu oleh pandemi Covid-19.

“Investor telah menggantungkan harapan mereka pada kemajuan berkelanjutan menuju melandainya kurva penyebaran dan ditemukannya vaksin virus corona. Mereka bersedia mengabaikan data ekonomi yang negatif untuk saat ini dan fokus pada perkembangan yang lebih menguntungkan,” kata Adam Phillips, direktur strategi portofolio di EP Wealth Advisors.

"Reaksi tiba-tiba hari ini menggambarkan sentimen investor yang berubah-ubah dalam kondisi saat ini," lanjutnya, seperti dilansir melalui Bloomberg.

Kasus baru terinfeksi virus corona di AS dikabarkan mencatat peningkatan dengan laju paling lambat dalam tiga pekan, tetapi kasus baru di Texas meningkat untuk hari ketiga. Adapun, California melaporkan angka kematian terbanyak dalam satu periode 24 jam.

“Ada daftar panjang data yang cukup mengejutkan, hanya dalam 24 jam terakhir,” ujar Nerida Cole, managing director di Dixon Advisory.

“Perhitungan pasar tentu saja berada di sisi optimistis bahwa itu akan menjadi jalan keluar dari krisis [Covid-19) dan di situlah investor perlu sangat berhati-hati,” sambungnya.

Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa bahwa mereka telah melakukan upaya yang terlalu sedikit dan terlambat untuk menahan wabah corona.

Di Jepang, para pedagang mempertimbangkan implikasi laporan Nikkei bahwa Bank of Japan dapat mengganti target pembelian obligasi pemerintah untuk memungkinkan pembelian tanpa batas.

Di pasar komoditas, harga minyak menguat karena pedagang melihat perlambatan produksi yang telah dihasilkan dari kondisi permintaan lebih lesu akibat virus corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper