Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat karena pelaku pasar menantikan perlambatan produksi menyusul lingkungan permintaan yang lebih lemah akibat virus corona.
Berdasarkan data Bloomberg, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juni menguat 2,72 poin atau 20 persen ke level US$16,50 per barel di New York Mercantile Exchange pada akhir perdagangan Kamis (23/4/2020).
Sementara itu, minyak mentah jenis Brent untuk kontrak Juni ditutup menguat 0,96 poin ke level US$21,33 per barel di bursa ICE Futures Europe.
Selelah minyak minyak mentah diperdagangkan di bawah US$20 per barel, produksi AS telah menurun dengan cepat dan mencapai level terendah sejak Juli lalu. Operator minyak di AS juga telah mulai menutup sumur lama dan menghentikan pengeboran baru.
Selain itu, jumlah sumur baru diperkirakan akan turun hampir 90 persen pada akhir tahun ini, menurut proyeksi IHS Markit Ltd.
“Harga pasar tunai telah pulih. Ada perasaan bahwa pasar mulai membersihkan dirinya sendiri,” kata John Kilduff, mitra di hedge fund Again Capital LLC., seperti dikutip Bloomberg.
OPEC dan sekutunya juga bereaksi terhadap lingkungan harga yang rendah. Koalisi sepakat awal bulan ini untuk memangkas produksi harian sekitar 10 juta barel per hari mulai Mei.
Menteri Perminyakan Irak Thamir Ghadhban mengatakan harga minyak akan membaik begitu kesepakatan dimulai. Sementara itu, Kuwait mengatakan sudah mulai mengurangi produksi. Aljazair juga mengatakan kepada OPEC bahwa pemotongan akan segera dimulai.
Namun, minyak mentah AS telah anjlok lebih dari 70% sepanjang tahun ini karena pandemi viru scorona menutup ekonomi dan menyeret turun aktivitas yang melibatkan transportasi. Bank Dunia mengatakan pasar komoditas global akan menghadapi gangguan abadi karena wabah tersebut.